TARAKAN,CAKRANEWS– “Data tahun 2023 hingga September ini, kami telah memeriksa 7.154 orang. Dari pemeriksaan 7.154 orang tersebut, 59 dinyatakan positif HIV,” ucap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Tarakan, Irwan Yuwanda baru-baru ini.
Irwan menyebut Dinkes Kota Tarakan telah melakukan berbagai cara untuk mencegah penyebaran HIV. Salah satunya dengan rutin melakukan pemeriksaan kasus HIV yang menyasar pada kelompok populasi kunci di antaranya wanita pekerja seks (WPS), waria, Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), warga binaan permasyarakatan, pengguna napza suntik (penasun), ibu hamil, dan pasien TBC.
Pemeriksaan tidak hanya dilakukan pada kelompok populasi kunci namun juga kepada populasi umum dan pasangan yang akan menikah. “Masyarakat juga dapat memeriksa status HIV-nya secara mandiri dengan mendatangi langsung pelayanan pemeriksaan HIV,” lanjutnya.
Menurutnya, hal itu diperlukan sebab ketika seseorang sudah diperiksa dan hasilnya positif, Dinkes dapat bertindak cepat dan memberi obat yang sesuai. Sehingga penderita dapat hidup dengan layak meskipun telah dinyatakan positif HIV.
Irwan tak menampik jika HIV merupakan penyakit menular yang seringkali mendapat stigma negatif dari masyarakat. Bahkan, tak jarang penderita HIV dijauhi oleh masyarakat. Padahal, HIV tidak akan menular jika seseorang bersentuhan tangan ataupun berinteraksi melalui obrolan. Dijelaskannya, ada beberapa cara penularan HIV, di antaranya: perilaku beresiko, seperti seks berganti-ganti pasangan, berbagi alat suntik dengan orang yang positive HIV, ibu hamil positif HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan, melalui tranfusi darah, terkena atau tertukarnya cairan vagina atau sperma, dan lain sebagainya
Terkait pengobatan para penderita HIV, ia mengatakan pengobatan diberikan secara gratis. Bahkan, di seluruh puskemas Tarakan telah menyediakan layanan pengobatan HIV. Dinkes Tarakan juga melakukan pendampingan pada penderita HIV. Dinkes, kata dia, telah menyediakan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS), yang tugasnya melakukan pendampingan termasuk konselor bagi penderita HIV. “Kita juga punya penjangkau lapangan khusus, waria nanti ada penjangkau lapangan khusus, PSK juga ada. Merekalah nanti yang akan melakukan pendampingan dan pemeriksaan,”katanya.
Irwan mengungkap Dinkes menemui kendala dalam penanganan HIV, yakni tidak semua orang mau memeriksa status HIV-nya. Bahkan, tidak semua orang mau mengikuti pengobatan HIV secara rutin. Padahal menurutnya, dengan melakukan pengecekan secara luas dapat meminimalisir penyebaran HIV.
“Selama ini banyak orang yang tidak mau cek status HIV-nya karena takut. Bahkan, ketika mengetahui statusnya positif HIV, langsung menghilang dan tidak mau melakukan pengobatan secara rutin. Untuk itu, Dinkes melalui tim KDS terus memotivasi dan memberi edukasi tentang pentingnya pengobatan HIV secara rutin. Agar dapat hidup sehat meskipun terkena HIV,” katanya.
Discussion about this post