KHARTOUM, cakra.news – Setidaknya dua pengunjuk rasa ditembak mati ketika pasukan keamanan menghadapi kerumunan yang berbaris di Sudan pada Senin (14/2/2022).
Pengunjuk rasa menuntut pembebasan tahanan dan diakhirinya kekuasaan militer.
Ribuan orang kembali ke jalan-jalan di ibu kota Khartoum dan di seluruh Sudan dalam beberapa demonstrasi terbesar menentang kudeta Oktober dalam hampir sebulan.
Di seberang Sungai Nil dari Khartoum, petugas menembakkan gas air mata untuk mencoba membubarkan orang-orang yang mendekati gedung parlemen bekas di Omdurman dan mendekati jembatan utama.
Asap membumbung ke langit saat para demonstran memblokir salah satu jalan utama di Omdurman dengan batu.
Beberapa memegang gambar raksasa pengunjuk rasa yang terbunuh selama demonstrasi sebelumnya.
“Kami tidak akan membiarkan para pembunuh syahid merebut negara kami. Kami tidak akan membiarkan militer dan (rezim sebelumnya) kembali lagi. Kami adalah generasi yang bebas dan demokratis,” kata Sara Ahmed, seorang mahasiswa berusia 19 tahun.
Setidaknya 80 orang telah tewas oleh pasukan keamanan sejak kudeta.
Militer dan polisi mengatakan mereka mengizinkan protes damai, namun anggota pasukan keamanan harus membela diri, sementara adanya korban sedang diselidiki.
Di Khartoum, kelompok pengunjuk rasa terpisah berdemonstrasi sekitar 2 km dari istana presiden di tengah pengamanan ketat.
Seorang pengunjuk rasa tewas oleh tembakan yang tersebar di Khartoum, kata Komite Pusat Dokter Sudan, sebuah kelompok yang bersekutu dengan gerakan protes.
Dikatakan pemrotes kedua ditembak mati di Omdurman.
Sementara itu, polisi Sudan mengatakan satu pemrotes tewas, sementara 102 polisi terluka parah.
Polisi mengatakan demonstrasi berjalan kacau dengan pengunjuk rasa melanggar batas bangunan dan institusi strategis yang penting, menghancurkan jendela kaca dan bagian depan bangunan.
“Namun demikian, polisi bertindak dengan kekuatan hukum yang wajar,” sebut mereka.
Gambar unjuk rasa di kota-kota lain di seluruh Sudan diposting di media sosial.
“Kebebasan bagi para tahanan,” bunyi spanduk yang dibentangkan di Omdurman.
Sebuah kelompok aktivis pengacara mengatakan pekan lalu bahwa lebih dari 100 tahanan politik ditahan tanpa dakwaan.
Secara terpisah, pemimpin militer negara itu, Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, kepala Dewan Penguasa Transisi, menunjuk Letnan Jenderal Yassin Ibrahim Yassin sebagai penjabat menteri pertahanan.
Yassin sebelumnya memegang posisi di pemerintahan mantan Perdana Menteri Abdalla Hamdok yang sekarang sudah tidak ada.
Dewan telah berulang kali menegaskan perlunya dialog nasional, kabinet teknokrat dan penyesuaian dokumen pemerintah transisi yang dinegosiasikan setelah penggulingan Bashir.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : reuters
Discussion about this post