TARAKAN, CAKRANEWS – Keputusan penghapusan tenaga honorer oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada tahun 2023 mendatang dikeluhkan sebagai besar pihak. Salah satunya datang dari Murni, seorang guru di salah satu Sekolah Dasar di Kota Tarakan.
Ia sedih lantaran mendengar kabar penghapusan tenaga honorer. Padahal , ia telah mengabdi sebagai guru selama 17 tahun. Murni khawatir dengan penghapusan honorer, ia akan kesulitan mendapatkan pekerjaan.
“Saya terus terang sedih dan khawatir jika honorer harus dihapuskan. Karena hanya ini mata pencaharian kami. Apalagi anak saya kuliah dan suami sudah tidak bekerja. Saya harus bekerja sebagai apa jika honorer dihapus,” ucapnya saat diwawancarai awak media di Tarakan, Selasa (14/6/2022).
Menurutnya, jika pemerintah berencana menghapus kebijakan tersebut, seharusnya juga memberi solusi untuk honorer yang sudah mengabdi puluhan tahun seperti dirinya.
“Sekarang gini, kalau guru honorer dihapus. Kami guru yang tua-tua ini seperti apa. Di usia seperti ini, tidak ada yang menerima kami. Paling menjadi penyapu jalan. Kami ini sudah terbiasa mendidik anak-anak. Kami bukan lagi menangis bisa bunuh diri,” jelasnya.
Ia mengungkap gaji sebagai tenaga guru honorer tidaklah cukup terlebih saat ini harga-harga mahal. Murni yang kini berusia 54 tahun pun berharap pemerintah dapat memperioritas guru-guru yang telah mengabdi lama, serta ada perbaikan kesejahteraan.
“Saya berharap banyak dengan P3Kini. Kami sudah mengabdi puluhan tahun namun belum juga mendapatkan kesejahteraan. Semoga lah pemerintah bisa memperhatikan kami. Murni menyebut ia sudah melakukan berbagai cara untuk memperoleh kesejahteraan.
Salah satunya mengikuti tes PPG. Namun, hingga saat ini belum juga mendapatkan kejelasan. Sebagai guru yang mengajar di Sekolah Swasta, ia juga berharap pemerintah memberi perhatian kepada guru-guru yang mengajar di swasta.
Pewarta : Ade Prasetia Cahyadi
Discussion about this post