KYIV, cakra.news – Pasukan Rusia di Ukraina merebut pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa pada Jum’at (4/3/2022).
Serangan Rusia ke fasilitas nuklir ini sempat menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia dan menurut Washington berisiko menimbulkan malapetaka.
Di kota lain, pertempuran terus berkecamuk. Pasukan Rusia mengepung dan membombardir beberapa kota lainnya.
Kota pelabuhan tenggara Mariupol, telah dikepung dan ditembaki.
Walikotanya mengatakan bahwa mereka tidak memiliki air, pemanas atau listrik dan kehabisan makanan setelah lima hari diserang.
“Kami hanya dihancurkan,” kata Walikota Vadym Boychenko.
Sementara, sekutu NATO masih menolak seruan Ukraina untuk zona larangan terbang.
Nato mengatakan akan meningkatkan dukungan tetapi campur tangan secara langsung akan mengarah pada perang Eropa yang lebih luas dan bahkan lebih brutal.
Tindakan Putin telah menarik kecaman di seluruh dunia dan negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi berat dalam upaya untuk menekan ekonomi Rusia.
Sebuah bencana kemanusiaan juga terjadi, dengan lebih dari satu juta orang mencari perlindungan di Ukraina barat dan di negara-negara tetangga. Ribuan orang diyakini telah tewas atau terluka sejak invasi dimulai pada 24 Februari.
Serangan terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia membawa konflik ke arah yang berbahaya. Saat peluru menghantam daerah itu, api berkobar di sebuah gedung pelatihan, memicu kepanikan di seluruh dunia sebelum akhirnya api bisa dipadamkan dan para pejabat mengatakan fasilitas itu aman.
Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Linda Thomas-Greenfield, mengatakan dunia telah nyaris menghindari bencana nuklir.
Serangan itu mencerminkan “eskalasi baru yang berbahaya” dalam invasi Rusia, katanya dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB.
Seorang pejabat di Energoatom, operator pembangkit nuklir negara Ukraina, mengatakan kepada Reuters pertempuran telah berhenti dan tingkat radiasi normal.
Tetapi organisasinya tidak lagi memiliki kontak dengan manajer pabrik atau kontrol atas bahan nuklirnya.
Kepala Badan Energi Atom Internasional Raphael Grossi mengatakan pabrik itu tidak rusak walaupun terkena proyektil Rusia. Hanya satu dari enam reaktornya yang bekerja, dengan kapasitas sekitar 60%.
Kementerian pertahanan Rusia juga mengatakan pabrik itu bekerja secara normal.
Mereka menyalahkan api oleh penyabot Ukraina dan mengatakan pasukannya memegang kendali.
Pabrik dan wilayah yang berdekatan sekarang dijaga oleh pasukan Rusia, kata utusan Moskow untuk PBB.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : reuters
Discussion about this post