KENDARI, CAKRANEWS – Kekalahan jumlah dukungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dari Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dalam Musyawarah Rakyat (Musra) XVII relawan Jokowi, dianggap sebagai bentuk perlawanan yang nyata terhadap dominasi PDIP.
Padahal, selama ini nama Ganjar dalam berbagai survei elektabilitas jelang Pilpres 2024, selalu berada jauh di atas Airlangga.
Bahkan, Ganjar selalu masuk dalam tiga besar elektabilitas, bersama Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Menurut pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, hasil Musra XVII di Kendari, yang digelar 12 November 2022 lalu akan berpengaruh besar pada PDIP.
Baginya, PDIP dalam keadaan dilema, terutama untuk menentukan nama yang bakal diusung sebagai calon presiden, untuk bertarung di 2024 mendatang.
“Ini akan dipelajari oleh PDIP, akan turut memberi dilema bagi partai,” kata Efriza, dikutip dari RMOL, Jumat 24 Februari 2023.
Dilema yang dimaksudnya adalah, PDIP akan dihadapkan pada pilihan, apakah berani atau tidak mengusung kader internal untuk maju sebagai capres.
Sementara di sisi lain, PDIP juga galau jika memikirkan opsi mengusung kader potensial lainnya, seperti Ketua DPR RI Puan Maharani yang bahkan elektabilitasnya sama sekali tak terdongkrak.
Terbukti dari hasil Musra XVII relawak Jokowi, Puan hanya memperoleh dukungan 1,33 persen saja.
Ditambah hasil Musra relawan Jokowi yang mendukung putri Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri itu hanya 1,33 persen.
“Dukungan relawan Jokowi sudah menyusut tajam ketika Ganjar tidak lagi jadi pilihannya, sedangkan mengajukan Puan Maharani potensi menangnya kecil,” ucap Efriza.
“Inilah kecerdasan dari hasil Musra Relawan Jokowi, mereka dapat memengaruhi KIB, juga dapat menekan PDIP yang sedang berada dalam kesombongan sebagai partai pemerintah,” kata dia menambahkan.
Discussion about this post