Tidak ada angin atau pun hujan. Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Kaltara dihantam badai. Brigjend TNI Andi Sulaiman dilengserkan dalam Musyawarah Luar Biasa KKSS di Tanjung Selor, Sabtu (14/10). Bagaimana reaksi Kepala BIN Daerah (Kabinda) Jawa Tengah terhadap pelengseran ini? Apakah dia merasa ditusuk kawan seiring? Saya berkesempatan bertemu perwira tinggi yang kerap disapa ‘’Puang’’ itu beberapa saat sebelum kembali ke Semarang.
Wajahnya cukup tenang. Tidak ada guratan kekecewaan. Pandangan matanya pun tetap tajam khas prajurit lapangan. Andi Sulaiman siang itu sedang bersiap-siap menuju Bandara Juwata. Namun Ia tetap bersedia meluangkan waktu yang tersisa untuk ngobrol dengan saya.
Tanpa tedeng aling-aling saya langsung bertanya ke pokok persoalan yang dihadapi organisasi yang Ia pimpin. ‘’Apakah Jenderal masih tetap Ketua KKSS Kaltara sampai detik ini?’’ Tanya Saya.
‘’Sampai hari ini saya masih Ketua KKSS Kaltara yang sah hasil musyawarah wilayah. Belum ada SK DPP KKSS yang baru merubah posisi saya,’’ ujarnya lantang.
Andi Sulaiman mengamini ada Muswilub di Tanjung Selor yang menurunkan dirinya sebagai Ketua KKSS. Namun, sejumlah pertanyaan terkait legalitas dan mekanisme organisasi menjadi pertanyaan besar baginya. Sebagai Ketua, Ia mengaku tidak pernah diajak komunikasi terkait rencana Muswilub.
Mantan Kabinda Kaltara itu malah mendapat informasi dari Pengurus DPP KKSS di Jakarta. Bahwa ada sejumlah pengurus DPW KKSS Kaltara berkonsultasi terkait rencana Muswilub. Siapa pengurus Kaltara yang menghadap DPP itu?
‘’Saya tahu siapa saja mereka. Tidak elok saya menyebutkan nama mereka satu persatu. Biar bagaimana pun mereka juga saudara-saudara saya,’’ ujarnya mengelak.
Andi Sulaiman yang juga mantan Ketua Kerukunan Keluarga Maros Kaltara itu menyayangkan langkah sebagian pengurus itu. Sebagai Ketua sebenarnya Ia membuka peluang komunikasi. Menurutnya, jika memang posisinya yang kini bertugas di Semarang mengakibatkan tidak jalannya organisasi, Ia siap mundur. Atau ada permintaan mayoritas Pilar untuk menginginkan dirinya lengser. Dia dengan legowo akan mundur.
Bahkan, Andi Sulaiman mencoba meyakinkan saya. Jika permintaan itu sesuai mekanisme, dia sendiri yang akan memimpin Muswilub.
‘’Apa yang mau saya pertahankan. Kalau mayoritas Pilar dan pengurus Kabupaten dan Kota yang meminta saya mundur, saya yang pimpin sendiri Muswilub itu. Tapi yang terjadi tidak demikian. Makanya saya membuat Tudung Sipulung. Mendengar dan meminta saran dari tokoh-tokoh, apakah mereka masih menginginkan saya memimpin KKSS Kaltara? Itu yang harusnya dilakukan,’’ jelas Andi Sulaiman.
Makanya, Sabtu (14/10) ada dua agenda besar KKSS yang digelar hampir bersamaan. Pagi sekitar pukul 10.00 di Hotel Diamond digelar Tudang Sipulung. Siangnya Muswilub di Tanjung Selor.
Apa itu Tudang Sipulung? Dalam adat Bugis, Tudang bermakna duduk. Sedangkan Sipulung berarti berkumpul. Jadi, makna Tudang Sipulung merupakan kegiatan bersama-sama membicarakan dan merundingkan dalam memecahkan suatu masalah untuk mencapai kesepakatan melalui budaya.
Tudang Sipulung ini diinisiasi langsung oleh Andi Sulaiman. Ia ingin mengajak seluruh tokoh dan pengurus KKSS berkumpul. Bermusyawarah. Membicarakan masa depan organisasi tempat warga Sulawesi Selatan bernaung.
Undangan ini pun disebarkan secara terbuka, sejak satu hari sebelum acara. Bahkan, undangan Tudang Sipulung itu Ia kirimkan kepada seluruh pengurus yang berencana menggelar Muswilub di Tanjung Selor.
‘’Saya langsung japri ke seluruh pengurus. Termasuk teman-teman yang sudah mempersiapkan Muswilub. Saya mengajak mereka untuk hadir di Tudang Sipulung sesuai tradisi orang tua kita. Ayo musyawarah dulu, sebelum mengambil keputusan,’’ tandasnya.
Mengapa memilih Tudang Sipulung? Nah, Andi Sulaiman memiliki alasan. Ia tidak menyangkal ada mekanisme organisasi sesuai AD/ART. Seperti Rapat Pleno satu dan dua, yang berujung pada Musyawarah Luar Biasa. Namun, Andi Sulaiman mengingatkan. Ada cara menyelesaikan masalah sesuai adat istiadat dan tradisi budaya Sulawesi Selatan. Bernama Tudang Sipulung.
‘’Sebagai organisasi paguyuban yang berakar pada budaya, ayo dong kita gunakan cara-cara yang diajarkan orang tua kita. Salah satunya Tudang Sipulung. Bukan semata-mata menggunakan mekanisme organisasi,’’ katanya bijak.
Saya menangkap ada kekecewaan di wajah Andi Sulaiman. Mimiknya berubah ketika berbicara Tudang Sipulung. Ia memajukan tubuhnya mendekati saya. Sambil berucap.
‘’Andaikan di Tudang Sipulung itu mayoritas yang hadir meminta saya mundur. Saya dengan senang hati akan mundur. Ingat ya, saya ini prajurit. Tidak ada dalam kamus saya mengejar jabatan. Apalagi hanya sebagai Ketua KKSS. Tapi kalau hasil Tudang Sipulung tetap meminta saya memimpin KKSS, sejengkal pun saya tidak akan mundur,’’ ujarnya.
Lantas bagaimana hasil Tudang Sipulung? Pertemuan di Hotel Diamond Tarakan itu berlangsung renyah. Tidak ada ketegangan. Satu per satu tokoh KKSS berbicara. Yang menarik, ketika H Idrus mendapat giliran menyampaikan pendapatnya.
‘’Ada apa serbenarnya yang terjadi. Ketua KKSS hari masih hidup. Kenapa harus diganti. Satu lagi saya minta KKSS jangan dicampur adukan dengan politik,’’ tegas H Idrus diikuti gemuruh tepuk tangan.
Perjalanan Andi Sulaiman menjadi Ketua KKSS sungguh menarik. Jenderal yang malang melintang di dunia intelejen ini pertama kali menginjakkan kaki di Kaltara saat ditugaskan menjabat Kepala BIN Daerah (Kabinda) 2019 silam. Rupanya, Andi Sulaiman punya gaya sendiri dalam memimpin. Ia membaur dengan masyarakat. Termasuk tokoh Sulawesi Selatan. Menurutnya, itulah cara dia menggalang tokoh-tokoh, demi terwujudnya keamanan.
Saya menyaksikan sendiri. Kediamannya di Kompleks Inhutani Peningki selalu ramai. Semua kalangan datang. Tidak hanya tokoh Sulawesi. Tapi tokoh-tokoh dari paguyuban lain.
‘’Tarakan pernah punya sejarah kelam. Saya mendapat tugas dari negara untuk menjaga itu. Makanya saya membuka komunikasi seluas-luasnya kepada seluruh kelompok,’’ cerita Jenderal bintang satu ini mengenang.
Ternyata, hubungan yang begitu dekat dengan tokoh-tokoh Sulawesi berbuah kepercayaan. Andi Sulaiman dianggap sebagai figur yang mampu mempersatukan. Bukan hanya karena jabatannya, tapi komunikasinya pun sangat baik. Ia bisa diterima seluruh kelompok.
Berawal dari Kerukunan Warga Maros memintanya menjadi Ketua. Ia tak mampu menolak permintaan saudara sekampungnya itu. Jadilah Andi Sulaiman didaulat memimpin warga Maros.
Kiprahnya terus berlanjut. Menjelang Musyawarah Wilayah KKSS tahun 2021 sejumlah tokoh mulai kasak kusuk mencari figur. Andi Sulaiman pun dibidik. Beberapa orang memberanikan diri mendorong Andi Sulaiman maju dalam pemilihan. Sebenarnya dia tidak berambisi. Tugasnya sebagai Kabinda sudah sangat berat. Namun, Andi Sulaiman tidak mampu menolak. Dia berkenan maju dengan sejumlah syarat.
‘’Saya mau. Asal semua pilar mendukung. Dan saya tidak mau pakai uang,’’ tegasnya.
Dorongan itu pun tidak bertepuk sebelah tangan. Tanpa banyak kesulitan dia mendapat suara terbanyak dalam Muswil. Jadilah Andi Sulaiman masinis kereta api bernama KKSS dengan gerbong yang sangat panjang untuk periode 2021 hingga 2026.
Ternyata posisinya sebagai Ketua KKSS segaris dengan tugasnya di BIN. Menurutnya, Ketua Kerukunan yang dia sandang memudahkannya berkomunikasi dengan para ketua-ketua paguyuban lainnya.
‘’Kalau ada potensi konflik, saya bisa kumpulkan para ketua-ketua paguyuban. Bukan sebagai Kepala BIN, terkadang saya bicara sebagai ketua kerukunan juga. Sehingga kami bisa menyelesaikan konflik tanpa ada jarak,’’ ceritanya.
Terbukti, selama Andi Sulaiman menjabat Kabinda, tak ada konflik satu pun mengemuka. Bahkan, Pemilihan Gubernur dan Pilkada di sejumlah Kabupaten berjalan lancar. Andi Sulaiman bisa tidur nyenyak. Hingga akhirnya, Ia mendapat tugas menjabat Kabinda Jawa Tengah.
Ketika dirinya pindah ke Semarang, Andi Sulaiman sadar bagaimana nasib KKSS yang baru dipimpinnya itu. Apakah dia harus mundur atau bisa tetap memimpin dari jauh. Nah, dalam kesepakatan pengurus, Andi Sulaiman tetap diminta tidak melepas KKSS. Ia hanya diminta menunjuk seorang PLT. Sebagai penanggung jawab harian KKSS selama dia di Semarang.
Bahkan, secara rutin seluruh pengurus menggelar zoom metting. Di situlah kesempatan Andi Sulaiman mendapat laporan. Dan memberikan tugas. Tidak hanya dari pengurus harian, laporan juga disampaikan oleh Ketua KKSS Kabupaten dan Kota.
‘’Kalau ada keputusan penting saya langsung mendelegasikan tugas-tugas. Ini kan jaman teknologi. Dari jauh saya tetap bisa kendalikan. Selama ini tidak ada masalah,’’ tegasnya.
Baru beberapa minggu ini, sejumlah pengurus mempersoalkan posisinya di Semarang. Domisilinya dianggap tidak sesui dengan AD/ART. Dimana posisi Ketua harus menetap di Kaltara.
Persoalan ini dibahas dalam rapat Pleno 1 dan 2. Ujung-ujungnya, rapat itu memutuskan pergantian Ketua KKSS dalam Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswilub).
Publik pun langsung geger. KKSS yang selama ini adem ayem tiba-tiba bergejolak. Terjadi perdebatan di WA Grup KKSS. Sebagai orang yang tidak ingin terjadi gesekan, Andi Sulaiman mengambil jalan tengah. Yaitu menggelar Tudang Sipulung.
‘’Kaltara ini sudah aman. Jangan hanya urusan ini kita jadi gesekan,’’ tandasnya.
Kini bola panas KKSS berpindah ke tangan Pengurus Pusat. Siapa yang mendapat legitimasi. Apakah Ketua versi Muswilub Tanjung Selor atau Ketua lama? Andi Sulaiman berharap DPP KKSS bersikap arif. Tidak hanya mempertimbangkan keputusan berlandaskan aturan. Tapi jauh dari itu.
‘’Lihatlah situasi di lapangan. Jangan sampai ada gesekan. Apalagi ini menjelang Pemilu,’’ imbaunya.
Saya masih penasaran untuk bertanya satu isu penting. Apa itu? ‘’Apakah betul Jenderal menjadikan KKSS kendaraan untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Kaltara?’’ Tanya saya.
Mendengar pertanyaan itu, Andi Sulaiman tertawa ngakak. Dia menyampaikan isi pidatonya usai terpilih mejadi Ketua KKSS 2021 silam. Pidatonya bigini:
‘’Saya mengajak semua warga KKSS, untuk solid memenangkan orang tua kita (Zainal Paliwang) agar bisa menjadi Gubernur Kaltara dua periode,’’ katanya sambil mengingat momen itu.
Menurutnya, isi pidato itu adalah komitmen kepada seluruh warga KKSS di Kaltara. Termasuk komitmen dia kepada seniornya Zainal Paliwang. Tidak ada niat sedikit pun memanfaatkan KKSS sebagai kekuatan politik. Dia pun merasa bingung ada sebagian orang menuding, KKSS akan dijadikan kendaraan politik Andi Sulaiman di Pilgub mendatang.
‘’Sudahlah. Biarlah orang menuduh macam-macam. Saya gak peduli. Nanti waktu akan membuktikan siapa yang ingin menjadikan KKSS sebagai kendaraan politik,’’ katanya sambil terkekeh.
Saya mencoba menghubungi seorang kawan yang terlibat aktif mempersiapkan Muswilub. Saya ingin tahu landasan hukum sesuai AD/ART menggelar pergantian ketua itu. Sayang, kawan saya itu tidak berkenan memberikan penjelasan.
‘’Kita coling down dulu. Lagian tugas saya juga sudah selesai sebagai penyelenggara,’’ ujarnya sambil menolak namanya ditulis. (Pai)
Discussion about this post