TARAKAN, cakra.news – Jelang Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-34 yang akan dilangsungkan pada 23-25 Desember 2021 mendatang, sejumlah nama pun mencuat untuk bertarung dalam pemilihan Ketua Umum pengurus besar yang ditentukan lewat metode one man one vote atau pemilihan suara.
Calon Ketua Umum PBNU akan dipilih melalui mekanisme pemungutan suara alias voting. Hal itu merupakan salah satu hasil rekomendasi dari Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar NU yang digelar di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Sabtu-Minggu (25-26/09/2021).
“Selain di Gerakan Pemuda (GP) Ansor pusat, Pengurus Wilayah (PW) GP Ansor Kaltara berharap agar hasil Muktamar ke-34 dapat melahirkan pemimpin baru, sehingga proses kepemimpinan secara berkelanjutan bisa terasah dan dinamika berorganisasi menjadi lebih berwarna dengan adanya penyerahan tongkat estafet kepemimpinan,” ucap Wawan Eko, selaku Ketua PW GP Ansor Kaltara, Senin (11/10/2021).
Wawan menilai bahwa selama ini NU telah berhasil membangun tradisi kepemimpinan yang sangat baik. Sehingga, harapan ke depannya ada kesempatan bagi para kader-kader terbaik NU untuk membuktikan kepemimpinannya dengan lebih baik lagi dalam menahkodai organisasi.
“Semoga siapa pun nahkoda baru yang akan melanjutkan kepemimpinan mendatang, bisa membawa pikiran-pikiran segar yang tentunya langkah-langkah strategis untuk memajukan dan membesarkan organisasi,” tuturnya.
Dikatakan Wawan, walau dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) NU tidak ada batasan masa jabatan, tapi bukan berarti kita abai untuk memberikan ruang kepada kader-kader terbaik lainnya, dalam rangka membangun regenerasi secara berkelanjutan dan berkemajuan. Semangat untuk melatih, memupuk, menumbuh kembangkan, dan pendewasaan berorganisasi harus dibentuk melalui roda kepemimpinan yang berhasil digulirkan.
“Roda organisasi bukan untuk jalan di tempat, ia harus terus berputar seiring zaman. Transformasi kader harus kita indahkan. Di usia NU yang hampir se-abad ini, harus ditransformasikan ke level global, apalagi NU memiliki sejumlah kader dan tokoh yang berkaliber internasional,” terang Wawan.
Lanjutnya, dikatakan Wawan, salah satu keberhasilan berorganisasi itu bisa nampak dari adanya wajah baru yang kita rias dengan serius, karena teorinya bahwa organisasi tidak akan mengalami kemajuan tanpa perubahan. Organisasi tanpa perubahan sama artinya jalan di tempat. Kita akan ketinggalan dan ditinggal jauh jika selalu bersikap monoton. Dan sesuatu yang monoton itu tidak akan mengantarkan kita ke arah yang lebih berkemajuan.*
Press Release.
Discussion about this post