TARAKAN, CAKRANEWS – Pemerintah Kota Tarakan tengah menargetkan penurunan stunting sebesar 3 persen pada tahun 2023. Diketahui, angka stunting terakhir di Kota Tarakan sebesar 15,6 persen. “Angka stunting terakhir kita 15,6 persen dan kita sekarang sedang mengejar penurunan paling tidak 3 persen,” ujar Wakil Wali Kota Tarakan, Effendhi Djuprianto saat membuka Rapat Kerja SDG’s dalam rangka percepatan penurunan stunting dan percepatan penghapusan kemiskinan ekstrim yang berlangsung di ruang pertemuan Royal Hotel Tarakan baru-baru ini.
Effendhi yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Tarakan mengatakan, pentingnya kolaborasi lintas sektor guna mencapai target tersebut. Ia tak menampik ada beberapa kendala dalam upaya menurunkan stunting, salah satunya demografi Kota Tarakan yang merupakan wilayah transit.
“40 persen penduduk Kaltara ini ada di Tarakan dan wilayah kita pun hanya 250 Km persegi, sehingga ini perlu menjadi perhatian tersendiri. Kota ini juga menjadi tujuan urbanisasi, yang berpeluang di antara mereka yang datang ke Tarakan membawa anak-anak yang stunting,” paparnya.
Untuk itu, ia meminta peran lintas sektor semakin diperkuat. Penurunan angka stunting di samping dilakukan melalui intervensi APBN, juga dapat dicarikan solusi dari berbagai lembaga pemerintah dan swasta. Keberadaan Kampung Keluarga Berkualitas yang telah terlaksana di masing-masing kelurahan juga diharapkan dapat mengambil peran, termasuk dalam hal deteksi dan penanganan terhadap kasus stunting yang ada di wilayahnya.
Lebih lanjut dijelaskan Effendhi, bahwa stunting merupakan masalah serius yang memengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan anak. Dalam hal ini, Wawali telah melakukan berbagai upaya yang berfokus pada penurunan angka stunting di Kota Tarakan. Salah satunya melalui program Bapak Asuh. Dijelaskannya, Bapak Asuh merupakan program hasil kerja sama dengan BKKBN dalam menyalurkan bantuan kepada anak stunting. Program ini dilakukan guna meningkatkan gizi anak-anak yang mempunyai masalah dalam tumbuh kembangnya.
Keterlibatan Bapak Asuh, menurutnya, bisa membantu menganggarkan pemberitan makanan tambahan pada keluarga risiko stunting. “Tahap pertama kita bantu peningkatan gizinya. Setelah punya penghasilan sendiri, mereka tidak lagi bergantung. Kalaupun tidak ada pekerjaan, sebisa mungkin kita beri pekerjaan,” katanya.
Keterlibatan sebagai Bapak Asuh anak stunting, diperlukan baik dari korporasi, lembaga dan perorangan. Di Tarakan, Bapak Asuh sudah melihatkan berbagai intansi vertikal seperti BUMN. “Ada Pelindo, Pertamina, Bank Indonesia dan lain sebagainya. Mudah-mudahan yang lainnya bisa ikut,” ucapnya. Effendhi Djuprianto mengungkap ada beberapa wilayah di Tarakan yang angka stuntinya masih tinggi yakni Tarakan Timur dan Tengah. “Tertinggi saat ini Sebengkok, Tarakan Timur ada Amal,” ungkapnya.
Discussion about this post