KALTARA, CAKRANEWS – Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Kalimantan Utara (Kaltara) Suhendrik bertemu dengan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Ova Emilia yang memberikan kuliah umum di Universitas Borneo Tarakan (UBT), baru-baru ini.
Suhendrik mengaku, dalam pertemuan tersebut, ia diajak oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kaltara Ir. Heri Rudiono, yang juga merupakan Ketua Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Kaltara.
Suhendrik menuturkan, bahwa kedatangan Prof. Ova bukan hanya sekadar memberi kuliah umum, namun juga membahas rencana dibukanya jurusan kedokteran di UBT.
Hal ini disambut baik oleh Suhendrik. Ia berpendapat, kekurangan tenaga kesehatan atau nakes, terutama dokter juga dialami oleh perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit, khususnya di Kaltara.
“Kaltara kekurangan nakes, terutama dokter spesialis. Di perusahaan kelapa sawit biasanya mengambil dokter dari Jawa,” kata Suhendrik kepada CAKRANEWS, Jumat 18 Agustus 2023.
Ia menjelaskan, perusahaan kelapa sawit menyediakan divisi yang berisikan nakes. Divisi ini dipimpin oleh satu dokter yang bekerja di kantor pusat, kemudian dibantu oleh perawat di lapangan.
Sejauh ini, perusahaan-perusahaan kelapa sawit di Kaltara, hanya bekerja sama dengan puskesmas untuk membantu menangani perihal kesehatan para pekerja di lokasi perkebunan sawit.
Hal itu tentu saja akan terbantu jika UBT nantinya membuka jurusan kedokteran, yang lulusan-lulusannya diharapkan dapat bekerja di perusahaan sawit.
“Harapannya bisa juga untuk perusahaan sawit di Kaltara. Untuk kesejahteraannya dijamin, sudah ada ketentuannya. Biasanya terjadi tawar-menawar antara nakes dengan perusahaan,” kata Suhendrik.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa di Kaltara, ada sekitar 55 perusahaan kelapa sawit yang membutuhkan nakes, khususnya dokter.
Nantinya, menurut Suhendrik, perusahaan bisa memberi beasiswa melalui dana CSR untuk mahasiswa kedokteran, yang kemudian setelah lulus dapat bekerja di masing-masing perusahaan sawit.
“Bisa melalui beasiswa dari dana CSR. Jadi, kalau ada 55 perusahaan, bisa memberi masing-masing satu orang beasiswa. Kemudian, nanti dapat bekerja di perusahaan masing-masing ke depannya,” ucap Suhendrik.Su
Discussion about this post