CAKRANEWS – Bagi Sulaiman, keluarga adalah sebuah pangkalan. Tempat dimana perahu berangkat berlayar dan sekaligus tempat perahu berlabuh kembali usai mengarungi samudera. Dengan begitu, setidaknya Sulaiman terhindar dari sebutan “Bang Thoyib”.
Awal kisah pertama kali dirinya memutuskan untuk berkeluarga, bagi Sulaiman muda pun tidak terbayangkan sebelumnya. Kapan? Bakal menikah dengan siapa? Dimana? Dan berbagai pertanyaan lainnya.
Itulah yang namanya jodoh. Misteri. Yang tak seorang pun tahu. Tidak ada direncanakan sebelumnya. Tetapi yang dirasakan Sulaiman semuanya mengalir saja dan cepat terjadinya. Tidak pake teori-teori segala, misalnya dalam hal mencari jodoh dan sebagainya. Memang sih kedengarannya kurang romantis.
Tapi Sulaiman berkeyakinan, ”bahwa itulah cara Tuhan menunjukkan jalan bagi hambanya untuk menemukan pasangan hidupnya.”
Perempuan adalah “penolong pria” dan menjadi “tiang doa” bagi keluarganya. Dibalik kesuksesan Sulaiman, ada peran istri yang selalu mendoakan dan mendukungnya. Mengapa? Karena ia menjadi nafas kehidupan keluarga. Siapa yang menyangkal fakta bahwa kehidupan umat manusia sangat bergantung pada asupan ‘makanan’ dan ‘kasih sayang’ istri yang juga sekaligus ibu bagi anak-anaknya.
Selain istri, tentu saja peran ketiga anaknya – Rochman Archandas SE, Dwi Febriani S.P, Nata Hartaman Virajati – yang senantiasa memanjatkan doa bagi ayahnya. Karena itu kontribusi keluarga sangat besar dalam perjalanan karir seorang jenderal Sulaiman.
Selanjutnya kiprah dan karir Sulaiman boleh moncer mulai dari jenjang bawah hingga puncak. Namun tak banyak yang tahu, kalau dibalik kesuksesan Sulaiman tersebut, ada perempuan tangguh yang tak bisa dianggap remeh.
Siapa dia? Siti Rochadiah. Dimata Sulaiman, istrinya sosok yang ikut mendukung karirnya. Apresiasi itu diucapkannya pada setiap kesempatan berbincang dengan sejumlah orang. Bahkan secara terbuka Sulaiman mengakui pengaruh istrinya begitu kuat selama dirinya menjalani karir dan menjalankan roda kehidupannya selama ini.
Puluhan tahun berkarir mulai dari prajurit hingga kini bukanlah perjalanan yang semudah membalik telapak tangan. Begitu banyak sandungan, ,godaan, tekanan yang membuat Sulaiman kerap sedih dan merasa sendiri tanpa teman. Beruntung ia memiliki istri yang sabar dan menjadi teman setia yang selalu mendampinginya baik dalam suka maupun duka.
“Banyak persepsi orang tentang karakter Bapak, tapi sebagai anak kamilah yang paling tahu dengan keseharian bapak. Beliau seorang yang amat paham dengan tata kelola rumah tangga, mendidik anak-anak secara mandiri dengan kesederhanaan, dan selalu memberikan ruang besar untuk melakukan sesuatu yang dianggapnya baik. Bapak selalu terbuka, tanpa harus melibatkan anak-istri, dalam tugas-tugas kesehariannya. Beliau tak hanya suami tapi juga ayah sekaligus pendidik yang baik,” ungkap Rohman Achandas, anak sulung Sulaiman di Jakarta, suatu siang di penghujung Mei 2023.
Sejauh ini, menurut Acan- begitu ia akrab dipanggil- dirinya dan ibunya tidak mau cawe-cawe apalagi ‘ikut campur’ dalam urusan pekerjaan Sulaiman. “Bapak selalu mengajarkan kami dari kecil dengan keras agar tidak manja, supaya mandiri dan tidak hanya berharap dari orang tua,” kisahnya.
Tapi diluar pekerjaan dan kedinasan, tambah Acan, setiap saat keluarga hadir memberikan dukungan moril dan mengibur kalau Bapak lagi sedih. “Kami bersama ibu sudah siap dan memahami dengan konsekuensi kesibukan Bapak yang sering meninggalkan rumah dan waktu luang yang sempit bagi keluarga.”
Discussion about this post