TARAKAN, CAKRANEWS – Rekam jejak Jenderal TNI Angkatan Darat ini cukup menarik. Karirnya banyak dihabiskan sebagai perwira di bidang intelijen. Hampir sebagian besar tour of duty yang dijalaninya berkecimpung dengan urusan telik sandi. Karena itu, sepak terjangnya di dunia intelijen tidak diragukan lagi.
Bahkan sebelum berdinas di Badan Intelijen Negara (BIN), Sulaiman pernah ditugaskan di Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI pada 2013. Sebagai Komandan Satuan Lapangan (Dansatlap) III Satintel dan setahun kemudian menjadi Asisten Operasi Satintel.
Sebelumnya tercatat bermacam jenjang pendidikan spesialisasi yang sudah dilahapnya, mulai kursus perwira intelijen (Suspa Intel) pada 1995, Suspa Intel Gal (1998), dan Sus Intel Strat (2009). Selain itu Sulaiman pun banyak mendapat kepercayaan dan punya sederet pengalaman berbagai macam penugasan di daerah operasi, rawan konflik maupun intelijen.
Adapun wilayah Kalimantan Utara (Kaltara), bukan daerah penugasan yang baru baginya. Sebab, Brigjen Sulaiman pernah juga sebelumnya bertugas di Kodam VI/Mulawarman (ketika itu Kaltim dan Kaltara masih bergabung). Ketika itu pada Maret 2011 dia menjabat Wa Asintel Kodam VI/Mulawarman.
Selama bertugas di Kalimantan Utara (Kaltara), Sulaiman dikenal dekat dengan warga dan mudah bergaul dengan semua kalangan. Tanpa membeda-bedakan. Bahkan dalam berbagai kesempatan, dia kerap menyempatkan diri menyapa warga setempat. Kedatangannya mendapat sambutan hangat dari warga untuk sekedar bersalaman dengannya.
Meski sudah berpangkat Jenderal, kerendahan hati Sulaiman terasa saat berbincang dengan warga dari berbagai usia dan latarbelakang profesi. Dia juga kerap mampir mengunjungi rumah warga, terutama mereka yang tertimpa musibah ataupun lagi berduka. Sontak kehadirannya mengejutkan warga yang tidak menyangka kedatangannya.
“Semua warga disapanya. Orangnya ramah, suka bergaul dan tidak berjarak dengan masyarakat dalam setiap kali berinteraksi sosial bahkan mereka sudah seperti dianggap bagian dari keluarga,” ujar Jamin, tokoh masyarakat dari Paguyuban Warga Jawa (Pakuwaja) Kaltara.
Sejak masuk di Kalimantan Utara (Kaltara), Brigjen Sulaiman merupakan personil TNI yang banyak bertugas di bidang intelijen. Sebagimana lazimnya seorang intelijen dikenal bekerja secara “tertutup”. Tapi hal itu tidak lantas membuat Sulaiman “menutup diri” dan hidup dalam sepi.
“Justru orangnya suka bergaul dan banyak berinteraksi dengan masyarakat setempat. Bahkan dia dikenal sebagai tentara yang merakyat,” kata Sabirin Sanyong, salah seorang tokoh masyarakat Kaltara yang berdomisili di kota Tarakan saat dihubungi secara daring 7 Maret 2023.
Untuk ukuran seorang tentara intelijen, menurut tokoh masyarakat suku Tidung ini, Sulaiman cukup akrab dengan berbagai kalangan, terutama dengan para tokoh adat, agama dan tokoh masyarakat. Karena itu, Sulaiman berterima kasih kepada masyarakat Kaltara yang telah menerimanya dengan baik sejak diamanahkan selama kurang dua tahun sebagai Kabinda Kaltara. “Saya menemukan suasana serasa kampung halaman di daerah ini,” ujar Sulaiman.
Kalau masyarakat berpandangan seperti itu terhadap dirinya, Sulaiman berdalih memang itulah jati diri seorang prajurit TNI yang sesungguhnya. Menurutnya, secara sederhana makna tentara rakyat adalah tentara yang berasal dari rakyat dan berjuang untuk rakyat.
Undang-Undang (UU) No. 34/2004 tentang TNI menjelaskan bahwa tentara rakyat adalah tentara yang berasal dari rakyat bersenjata yang berjuang melawan penjajah untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan pada perang tahun 1945-1949 dengan semboyan “merdeka atau mati”.
Melalui proses panjang akhirnya terbentuklah organisasi yang bernama TNI yang para anggotanya juga berasal dari rakyat. Mengingat TNI berasal dari rakyat, maka TNI harus berjuang untuk kepentingan rakyat, dicintai rakyat, dan menjadi milik rakyat.
Bagaimana para prajurit TNI bisa menjadi tentara rakyat? Hal ini sudah ada pedomannya yang terangkum dalam “Delapan Wajib” TNI yakni: bersikap ramah tamah terhadap rakyat, bersikap sopan santun terhadap rakyat, menjunjung tinggi kehormatan wanita, menjaga kehormatan diri di muka umum, senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya, tidak sekali-kali merugikan rakyat, tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat, dan terakhir menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.
“Inilah sebenarnya esensi dan makna tentara rakyat. Bila “Delapan Wajib TNI ini bisa dilaksanakan maka disitulah sebenarnya TNI membuktikan diri sebagai tentara rakyat,” jelasnya.
Bagaimana mewujudkan ke delapan wajib TNI itu sehingga TNI bisa disebut sebagai tentara rakyat?
Menurut Sulaiman, hal ini tidaklah sulit. Cukup setiap prajurit TNI taat kepada aturan, taat atasan, disiplin, tidak arogan, tidak merasa super, tidak merasa paling berkuasa, tidak sok jago, tidak emosional, dan tentu saja harus sabar.
“Tentara rakyat akan selalu ingat bahwa dirinya berasal dari rakyat sehingga ia harus berbuat baik kepada rakyat, mengerti keadaan rakyat, membantu kesulitan rakyat, dan tentu sabar terhadap rakyat.”
Discussion about this post