CAKRANEWS – Dulu masa sekolah adalah masa kecil paling bahagia dan menyenangkan. Bisa belajar dan bermain bersama teman-teman sebaya.
Bermain jadi aktivitas yang paling mengasyikkan pada masa kecil Sulaiman. Bila sudah bermain, saking asyiknya mereka sering lupa waktu untuk belajar. Karena belajar merupakan kewajiban bagi seorang anak sekolah untuk meraih impian di masa depan. Pada saat belajar di SD, awal mula Sulaiman tahu membaca, menulis dan menghitung.
Karena fasilitas sarana pendidikan di kampungnya belum memadai, banyak teman-teman Sulaiman yang melanjutkan sekolahnya ke kota Maros. Jaraknya sekitar 54,4 km. Kalau ditempuh perjalanan darat sekitar 1 jam 30 menit.
Namun Sulaiman tetap bersekolah di Camba mulai SD, SMP hingga jenjang sekolah menengah atas (SMA). Alasannya, karena lebih efisien dan murah. Selain itu, juga karena dirinya masih diandalkan untuk tetap membantu kedua orangtuanya.
Pada tahun 1983, Sulaiman melanjutkan pendidikan formalnya di SMA Negeri Camba yang baru terbentuk pada saat itu. Sekolah yang berlokasi di Lappa Pai itu sekarang dikenal dengan nama SMA Negeri 2 Maros.
Jadi boleh dibilang, dirinya merupakan siswa angkatan pertama dari sekolah SMA pertama di kecamatan Camba ketika itu.
“Kami masuk bersama Sulaiman tahun 1983 di SMA Camba sejak kelas 1 tapi beda kelas. Nanti setelah pembagian jurusan, kami baru satu kelas IPA. Disinilah kebersamaan kami semakin akrab hingga diluar sekolah,” kisah Rustam S.Pd, teman masa SMA-nya di Camba ketika dihubungi Senin 6 Maret 2023.
Ia menambahkan, ketika naik kelas dua SMA, pihak sekolah mengalami kekurangan guru utamanya untuk mata pelajaran fisika. Kemudian bersama Sulaiman membentuk kelompok belajar. “Saking aktifnya kelompok belajar itu, sampai-sampai belajarnya kadang dirumah saya kadang dirumah Sulaiman dan sering juga berlanjut sampai tertidur dirumah tempat kami belajar,” katanya.
Sejak naik kelas tiga di SMA, Sulaiman lebih banyak fokus pada sekolah. Ia dan kawannya sibuk belajar dan persiapan menghadapi ujian akhir nasional. Sulaiman dan kawannya mulai membentuk kelompok belajar.
“Dia pindah tinggal di rumah saya. Namun tetap melaksanakan kewajibannya membantu ambo. Saat itu, Sulaiman sering mengajak teman-teman satu jurusan-nya (IPA) belajar di rumah, dua atau tiga kali dalam seminggu sampai mereka ujian akhir,” kata Hasmah (kakak Sulaiman).
Pada masa sekolah, menurut Rustam, Sulaiman tidak juga termasuk siswa yang sangat pandai. Standar saja. “Namun khusus mata pelajaran fisika, saya bersama Sulaiman jadi tumpuan teman-teman ketika mengerjakan tugas PR (pekerjaan rumah),” ungkap Rustam.
Dan pengalaman yang paling berkesan dengan Sulaiman, lanjutnya, adalah ketika kami dibimbing oleh guru fisika untuk mengajar satu topik mata pelajaran Fisika kepada teman-teman siswa lainnya pada pertemuan berikut karena guru yang bersangkutan (honorer) ada kegiatan lain selama dua pekan.
“Jadi kami berdua berdiskusi terus untuk memahami topik yang dititipkan oleh guru fisika. Alhasil pada saat kami kelas tiga, Sulaiman bersama saya diberi lagi kepercayaan mendampingi teman-teman ujian praktek fisika di pesantren modern IMMIM Tamalanrea Makassar karena sekolah kami belum ada alat laboratorium,” kata Rustam.
Dimatanya, Sulaiman sebagai sahabat sejak SMA-nya itu adalah sosok yang orangnya sosial, suka belajar dan mau berbagi dengan kawan.
“Kami sama-sama tamat tahun 1986 dan sama-sama awalnya bercita-cita mau jadi insinyur pertambangan. Namun berbeda nasib,” ujar pria yang sekarang dipercaya sebagai Kepala SMP 1 Maros.
Selain itu, dikisahkan oleh teman-temannya kalau Sulaiman yang beranjak remaja merupakan siswa yang berprestasi di sekolahnya.
Ia juga kerap mewakili sekolahnya untuk mengikuti kompetisi dan ajang kejuaraan, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi.
“Dia siswa yang rajin dan tekun dalam belajar,” kata Dr.Drs.Andi Lukman M.Si, teman satu angkatan Sulaiman waktu SMA di Camba.
Menurut Lukman yang sekarang Kepala LLDIKTI (dulu namanya Kopertis) Wilayah IX Sultanbatara (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara).
Ia dengan Sulaiman termasuk beruntung karena merupakan siswa pertama dari sekolah yang baru pertamakali dibangun di Camba kala itu. Sebelumnya anak-anak lulusan SMP dikampungnya harus ke kota Maros bila ingin melanjutkan pendidikan SMA.
Discussion about this post