CAKRANEWS – Memang Tuhan sudah mengaturnya. Hari itu Sulaiman ke Makassar hanya bermaksud menemani seorang kawannya. Mendatangi sebuah bangunan yang nampak seperti eks peninggalan Belanda di Jalan Garuda Makassar. Ajendam, nama gedung heritage itu.
Disana kawannya itu mengambil formulir dan mencatat beberapa persyaratan yang administrasi yang dibutuhkan untuk bisa mendaftar mengikuti tes masuk AKABRI (sekarang berubah nama jadi AKMIL).
Selama perjalanan, kawannya membujuk Sulaiman agar mau juga ikut mandaftar tes bersama dengannya. Ia hanya diam. Tak menggubris. Batinnya berkecamuk. Apalagi dihadapkan pilihan dilematis. Mau jadi insinyur pertambangan atau tentara? Terpikir juga ambo (ayahnya) di kampung yang terasa berat untuk menolak keinginannya.
Sebagai anak laki-laki, dirinya sangat diharapkan menjadi pedagang dengan melanjutkan usaha pertanian sawah dan kebun orang tuanya. Sementara disisi lain, Sulaiman masih punya mimpi untuk merantau keluar dari kampung. Alasannya saat itu ingin melanjutkan pendidikan seperti teman-teman satu letting-nya yang sudah lulus SMA.
Memang, tamat pendidikan menengah atas atau SMA, banyak teman-teman Leman bersiap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ada juga yang memutuskan langsung bekerja. Leman sendiri ketika itu sebenarnya ingin menjadi insinyur pertambangan.
Berbekal ijazah SMA, mereka berangkat ke kota Makassar. Tujuannya ingin mendaftar ikut tes atau seleksi, karena di Makassar banyak tersedia pilihan perguruan tinggi. Ada Universitas Hasanuddin (Unhas) atau Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) atau sekarang dikenal UNM (Universitas Negeri Makassar) yang menjadi pilihan favorit para lulusan SMA disamping perguruan tinggi swasta (PTS) lainnya.
“Dia pernah cerita kepada saya bahwa dirinya ingin jadi insinyur pertambangan. Begitu juga dengan teman-teman sekelas lainnya, tapi ada juga yang ingin jadi guru seperti saya,” ungkap Rustam S.Pd, teman satu kelas sejak kelas dua hingga tamat SMA di Camba.
Akhirnya, diam-diam Sulaiman memberanikan diri mendaftar ikut tes masuk AKABRI mengikuti jejak kawan yang mengajaknya. Mengubur cita-cita awalnya menjadi insinyur pertambangan. Sejak itu ia mantapkan niatnya. “Apa salahnya untuk mencoba,” katanya ketika itu, dalam hati. Semuanya mengalir saja ibarat air sungai. Nothing to Lose.
Semua persyaratan administrasi pendaftaran tes AKABRI dilengkapi. Meski dalam hatinya terselip pesimis karena ada isu untuk menjadi prajurit TNI harus berasal dari keluarga TNI atau memiliki uang yang banyak. Ia sadar tidak memiliki keduanya, sehingga hanya bisa pasrah akan hasil akhir.
Discussion about this post