TARAKAN, CAKRANEWS – Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang diperoleh dari Kementerian Kesehatan, angkat stunting di Kota Tarakan Tarakan berada pada 25,9 persen.
Angka tersebut jauh dari target nasional, di mana Presiden Jokowi menginstruksikan di tahun 2024, setiap daerah di Indonesia memiliki angka prevalensi stunting maksimal 14 persen.
Pertanyaannya, apa penyebab angka stunting di Tarakan begitu tinggi? Wali Kota Tarakan dr Khairul pun mengungkapkan bahwa hal tersebut disebabkan karena pola makan masyarakat yang tidak memenuhi standar gizi yang baik.
“Pemkot Tarakan telah melakukan penyelidikan dan menemukan bahwa terjadinya tingkat stunting yang tinggi dikarenakan adanya pola makan masyarakat yang tidak memenuhi standar gizi yang baik,” ucap Wali Kota Tarakan dr Khairul di Kota Tarakan, Kamis (23/6/2022).
Ia mengatakan, pola makan sangat mempengaruhi pertumbuhan anak dari dalam kandungan hingga usia 5 tahun. Untuk itulah, fungsi Posyandu sangat perlu dilakukan guna memastikan gizi sehat di masyarakat.
Menurutnya, kekurangan gizi inilah yang menyebabkan terjadinya kekurangan fisik ataupun kemampuan otak. Karena itu, Pemkot Tarakan akan mengaktifkan kembali peran dan fungsi Posyandu yang ada guna melakukan pencegahan stunting di Kota Tarakan.
Penyebab lainnya adalah lingkungan yang tidak sehat seperti pengaruh asap rokok yang mengkontaminasi tubuh anak dan menghambat pertumbuhan juga menjadi penyebabnya.
Untuk itu, pihaknya mendorong sinergitas antarstakeholder untuk memastikan tidak adanya kekeliruan dalam melakukan perhitungan angka. Ia pun berharap semua pihak ada keseriusan dalam menangani permasalahan stunting yang ada di Kota Tarakan.
Pewarta : Ade Prasetia Cahyadi
Discussion about this post