TARAKAN, CAKRANEWS – ‘Markas’ kelompok Lesbian, Gay, Biseksual dan Transfender (LGBT) di Tanjung Pasir diserbu para ulama dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaltara dan Tarakan pada Senin (27/6/2022).
Pertemuan yang diadakan di Masjid Baitul Amin Tanjung Pasir tersebut dihadiri Ketua RT 21, Kepolisian, dan kelompok yang diduga LGBT.
“Maksud kedatangan kami adalah untuk merespons aksi demo warga terkait penolakan terhadap LGBT. Kami dari MUI tidak masuk dalam aspek hukum melainkan dari sisi agama. Semoga dari pertemuan ini kita mendapatkan solusi bersama, ucap Wakil Ketua MUI Kaltara Syamsi Sarman kepada awak media di Tarakan.
Dari hasil pertemuan tersebut, lanjut Syamsi terdapat empat poin yang menjadi kesepakatan MUI, di antaranya :
Pertama, MUI menetapkan hukum tentang laki-laki berperilaku seperti perempuan dan begitupula sebaliknya, serta melakukan hubungan seksual sejenis, hukumnya haram dan dilaknat Allah SWT.
Kedua, demi menjaga keamanan ketertiban masyarakat di Tarakan khususnya di Tanjung Pasir dan mencegah potensi datangnya azab Allah seperti pada nabi luth, MUI merekomendasikan kepada Pemerintah Kota Tarakan dan aparat hukum untuk mengambil tindakan tegas terkait apa yang telah terjadi baik kepada pelaku maupun korban.
Ketiga, mengharapkan dukungan masyarakat untuk tetap menjaga kondusitifitas lingkungan. “Jangan melakukan tindakan anarkis dan main hakim sendiri. Dan semoga masyarakat bersedia mendukung penegakan hukum jika diperlukan,” tegasnya.
Keempat, MUI siap memfasilitasi proses penyadaran/rehabilitasi atau pengobatan kepada pelaku maupun korban pelaku LGBT.
“Jangan takut biayanya, Insya Allah kami bantu,” kata Syamsi.
Pada kesempatan inipula, MUI menegaskan bahwa pihaknya bertugas mencegah kemungkaran. Termasuk dengan keberadaan kelompok LGBT. Untuk itu, kata Syamsi perlu sinergitas bersama mengatasi hal ini. Mulai dari pemilik kosan, RT, Lurah, dan ormas-ormas Islam.
“Kita perlu menyadarkan saudara-saudara kita dan membantu mereka kembali ke hal yang benar. Kalau kita biarkan bisa saja kota Tarakan terkena musibah. Apalagi kota Tarakan ini kota kecil. Jadi saya meminta ketua RT berkoordinir dengan pemilik kos-kosan dan perusahaan untuk mencegah perkembangan kelompok ini,” ucapnya.
Pewarta : Ade Prasetia Cahyadi
Discussion about this post