JAKARTA, CAKRANEWS – Aktivis senior yang juga Koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak) Lieus Sungkharisma berkomentar pedas terkait kemunculan aplikasi MyPertamina, yang menimbulkan pro kontra di masyarakat.
Ia menilai, digitalisasi pembelian BBM dengan aplikasi itu bukanlah akal-akalan atau upaya pemerintah mengeruk uang rakyat menjelang Pemilu 2024.
Lieus justru mengendus adanya gerakan yang diduga berupaya membuat Pertamina bangkrut.
“Saya tadinya juga beranggapan kebijakan itu cuma akal-akalan Pertamina. Sampai kemudian saya benar-benar kaget ketika mendapat informasi A1 dari orang dalam Pertamina tentang apa sebenarnya yang terjadi,” kata Lieus, seperti dikutip dari RMOL, baru-baru ini.
Ia menuturkan, bahwa informasi yang ia terima, ada sebuah raksasa kapitalis dan cukong oligarki yang sudah sejak lama menginginkan Pertamina bangkrut. Gerakan ini, jika berhasil maka perusahaan pelat merah itu harus rela dijual ke swasta.
Dari informasi yang sama juga, Lieus mendapat pencerahan bahwa salah satu upaya Pertamina melawan upaya pembangkrutan itu adalah dengan menerapkan kebijakan digitalisasi melalui MyPertamina.
Hanya saja, ia menyayangkan ketika aplikasi MyPertamina muncul, justru ada gerakan masif memberikan penilaian buruk.
“Pokoknya burukin agar terkesan Pertamina tidak profesional lalu Pertamina harus diswastakan,” ujarnya.
Dia melihat bahwa ada pihak yang khawatir potensi raksasa fintech milik anak bangsa akan bangkit. Ini membuat para kapitalis dan cukong oligarki panik. Sebab MyPertamina ternyata bukan sekadar masalah big data dan mengawasi subsidi dan distribusi penugasan BBM.
“Jadi kenapa MyPertamina dicecar sebagai kebijakan yang menyengsarakan rakyat? Karena ada pihak-pihak yang takut akan kehilangan banyak cuan dari bisnis BBM yang berjalan selama ini,” ucap Lieus.
Discussion about this post