TARAKAN, CAKRANEWS – Debat perdana antar pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara) yang digelar pada Rabu malam, 9 Oktober 2024 menimbulkan luka bagi sejumlah petambak udang dan pembudidaya rumput laut di Kaltara, khususnya di Tarakan.
Dalam debat tersebut, Cagub nomor urut 2 Zainal A Paliwang dicecar soal janjinya selama menjabat Gubernur Kaltara oleh mantan pendampingnya di Pemprov Kaltara, Yansen TP. Salah satunya, soal stabilitas harga udang.
Yansen menuding Zainal tak bisa memenuhi janjinya soal stabilitas harga udang selama menjabat Gubernur. Padahal, itu menjadi salah satu janjinya sebelum terpilih.
Zainal lantas menjawab kalau gubernur bukan pedagang. Zainal mengingatkan Yansen kalau segala bentuk kondisi yang terjadi di Kaltara merupakan tanggung jawab bersama. Yansen merupakan wakil gubernur Zainal di periode sebelumnya.
Debat kusir antara Zainal-Yansen itu tentu saja memantik “luka” bagi para petambak udang dan pembudidaya rumput laut yang sudah memberikan suara mereka kepada pasangan tersebut di Pilgub lalu. Mereka merasa tidak “dipelihara” dengan baik oleh Zainal-Yansen selama lima tahun terakhir.
Salah satu nelayan rumput laut di Pantai Amal, Wawan Alambara mengatakan, ada 1.000 keluarga yang hidupnya bergantung pada rumput laut. Sementara itu, mereka harus menanggung beban tingginya ongkos untuk pergi berlayar.
“Ongkos yang kita keluarkan tidak sebanding dengan harga jual rumput laut saat ini. Minimal impas saja untuk ongkos melaut kami mencari rumput laut itu sudah sangat bersyukur kami,” ucapnya.
Wawan mengaku kecewa dengan janji-janji manis yang disampaikan Zainal Paliwang-Yansen TP pada kampanye Pilgub Kaltara 2019 lalu untuk mensejahterakan para nelayan di Pantai Amal, khususnya meningkatkan harga jual rumput laut di pasaran. Janji-janji kampanye Ziyap – sebutan untuk pasangan Zainal Arifin Paliwang dan Yansen Tipa Padan, tidak ada satupun yang terealisir. Janji peningkatan kesejahtareaan hanyalah omong kosong belaka.
Senada dengan Wawan, petambak udang dari Mamburungan, Tarakan Timur, Tamsil menilai debat perdana tadi malam semakin memperkuat keyakinan para petambang udang soal ketidakharmonisan Zainal-Yansen saat menjabat sehingga program kerja kedua tidak ada yang berjalan dengan baik.
“Mereka berdua saling menyerang, padahal mereka yang bertanggungjawab atas hidup kami para petambak udang yang dulu dijanjikan akan sejahtera hidupnya kalau memilih mereka berdua,” tegas Tamsil.
Tamsil menjelaskan dirinya dan para petambak kecewa karena tiga tahun terakhir tidak ada perbaikan harga udang. Saat di awal harga udang turun, sambungnya, alasan yang disampaikan karena harga dolar turun. Udang merupakan komoditas ekspor dan dibeli dengan dolar.
“Namun, saat harga dolar naik tinggi, harga udang sama saja. Bahkan komoditi laut yang lain, mulai dari kepiting, ikan sampai udang galah mengalami kenaikan. Jadi yang diuntungkan hanya pengusaha dengan pengusaha saja, tidak ada keterlibatan petambak dan nelayan soal harga udang dan komoditi laut. Memang pasar tidak bisa diintervensi, tapi dengan kehadiran pemerintah akan berpengaruh karena ini menyentuh hajat hidup orang banyak,” tegasnya.
Discussion about this post