TANJUNG SELOR, cakra.news – Saat dijumpai cakra.news pada Rabu (27/10/2021), Deddy Yevri Sitorus anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Utara (Kaltara) menjelaskan jika postingan yang Ia unggah di akun facebooknya beberapa saat lalu mengenai ‘PhD (Pemimpin haus Duit dan Penggemar hiburan Dangdut)’, bukan suatu gelar namun hanya sebuah singkatan.
Alasannya membuat singkatan “PhD atau Pemimpin haus Duit”, karena selama ini Ia banyak melihat pemimpin kelompok masyarakat mulai dari RT, Kepala Desa, Pimpinan Ormas, dan kelompok lainnya memiliki semangat luar biasa melakukan tugas kerjanya dengan sangat baik, hanya disayangkan masih terkendala persoalan anggaran atau dana.
“Karena selama Saya berjalan itu banyak sekali kelompok masyarakat dari RT, Kepala Desa, Pimpinan Ormas, KP dan semuanya punya semangat yang tinggi untuk melakukan aktivitas, tetapi tidak punya dana. Jadi, Saya mengatakan banyak elit, elit itu ‘kan artinya mereka yang berada di pimpinan yang membutuhkan anggaran untuk melakukan aktifitas,” ujar Deddy Sitorus.
Saat dijumpai di halaman Hotel Luminor Tanjung Selor, Deddy kembali menegaskan, tulisan yang Ia unggah pada akun facebook mengenai “PhD” merupakan suatu spontanitasnya setelah Ia menonton salah satu program Tv Kalimantan Utara, yang pada saat itu menayangkan hiburan musik dangdut.
Oleh sebabnya Deddy menuliskan kata “haus”, yang menurut Ia memiliki arti positif.
“Jadi pada saat itu Saya makan siang nonton Kaltaratv, isinya hiburan dangdut sampai satu setengah jam, pada hari postingan itu. Jadi itu saya tuliskan aja, karena saya merasa itu hal yang positif. Mangkanya Saya pakai kata “haus”. “Haus” itu kan positif, kalau Saya buat dahaga ‘kan singkatannya gak umum di masyarakat,” terangnya.
Menurut Deddy pula, jika kata “dana” yang ditulis maka terkesan terlalu biasa. Oleh karenanya Ia lebih memilih kata “duit” untuk arti yang sebenarnya. Hal tersebut karena jika melakukan sebuah pekerjaan memang membutuhkan dana atau anggaran.
“Jadi kehausan, kemauan untuk bekerja, melakukan aktivitas kegiatan ‘kan membutuhkan dana. Tapi kalau Saya pakai kata “dana” kan terlalu biasa. Jadi kata “duit”, karena konkretnya duit,” tutur Deddy
Mengenai “PhD atau Penggemar hiburan Dangdut”, Ia meyakini jika masyarakat Indonesia banyak yang menyukai musik dangdut.
Ia menegaskan tidak ada sedikitpun untuk menyerang pihak manapun.
“Kalau soal hiburan dangdut, Saya rasa 70 persen orang Indonesia itu suka dangdut. Jadi tidak ada yang salah dengan dangdut. Sementara dangdut itu hiburan rakyat.
Jadi tidak ada niat untuk menyerang siapapun. Dan pernyataan itu sifatnya plural, jamak. Tidak menyentuh orang, tidak menyentuh komunitas, tidak menyentuh organisasi, tidak menyentuh etnik.
Jadi sebenarnya kalau dibaca dengan pikiran positif, tidak penuh kebencian, tidak penuh stigma, tidak penuh kecurigaan itu tidak akan ada masalah,” beber Deddy.*
Pewarta : Eni Sakadah
Discussion about this post