CAKRANEWS – Masa kecil Sulaiman boleh dibilang berliku dan terjal. Sama dengan banyaknya kelok jalan di Camba yang dikenal curam dan fenomenal. Dia berasal dari keluarga sederhana. Dibesarkan dalam keluarga petani yang pendidikannya sangat minim.
“Sejak kecil adik saya (Leman,sapaan akrabnya) memang selalu ikut membantu orang tua kami, terutama ambo (panggilan ayahnya). Kebetulan ambo kami punya beberapa ekor ternak sapi yang biasa dipakai untuk membajak sawah. Itu kegiatan rutin adik saya setiap pulang sekolah, mulai dia di SD sampai SMP,” cerita Hasmah, kakak tertua Sulaiman saat dihubungi pertengahan Maret 2023.
Hal senada juga diungkapkan saudara Leman lainnya tentang kehidupan dan aktivitas keluarga mereka di kampung. “Keluarga kami bukan dari kalangan yang berada.Tapi tidak juga kekurangan, apalagi untuk keperluan sehari-hari,” kata Nuraeni, adik bungsu Sulaiman.
Pada musim turun sawah, anak laki-laki diperintah ambo bangun pukul lima pagi ikut membajak dan menanam padi. Selain itu, sebagai anak bungsu laki-laki, Leman paling sering disuruh kakaknya menggembala sapi.
Disamping sebagai petani, ambo juga memiliki kerjaaan lain berjualan dan berdagang hasil kebun ke pasar. Kedua orangtua-nya pekerja keras, terutama ambo kesana kemari mencari rezeki demi menghidupi anak-anaknya.
Tak hanya itu. Saat masih kecil, Leman (panggilan Sulaiman semasa kecilnya) juga harus merelakan waktu bermainnya demi membantu orang tuanya bekerja. Sepulang sekolah, Leman biasanya keluar masuk hutan pungut kemiri.
Ketika musim panen tiba, Leman ikut bersama ambo menjual hasil panen ke pasar Camba dan beberapa pasar lainnya. Dia sudah merasa bahwa ambo sangat berharap kelak dirinya bisa melanjutkan usaha tani dan dagang hasil bumi yang sudah dirintisnya.
“Di saat musim panen hasil tani dan kebun, saya dulu sering ikut ambo jualan di pasar Camba, sejak saya masih berumur 6 tahun hingga SMA. Masa itu, kondisi pasar Camba masih pasar rakyat yang sangat tradisional, belum sebagus sekarang,” ungkapnya mengenang masa kecil.
Tak tanggung-tanggung, sebagai anak laki-laki Leman juga kerap menginap di pasar demi menjajakan hasil panen agar laku terjual. Tidak hanya di pasar, dia juga seringkali membantu orang tuanya berjualan saat ada tontonan atau hiburan yang digelar di tanah lapang semacam alun-alun desa.
“Biasanya kami menginap beberapa hari. Tapi kalau dalam sehari dagangan habis terjual, maka kami langsung pulang. Selain itu, saat ada tontonan atau hiburan di desa, orang tua kami pasti membuka lapak dan jualan secara lesehan, mulai dari jual kemiri, kacang, salak, jeruk, dan lain-lain. Saya membantunya sampai selesai,” kenang Sulaiman.
Discussion about this post