TARAKAN, cakra.news – Adinda Rahmadani biasa disapa Dinda, Dia anak ke dua dari empat bersaudara, lahir di Bumi Panguntaka 18 tahun lalu. Kini Dinda duduk di bangku SMA kelas III MIPA di SMA Muhammadiyah Tarakan.
Dinda tentu saja sama seperti anak-anak remaja lainya yang masih suka bermain dan nongkrong dengan teman-teman seusianya. Namun ada yang membedakan Dia dengan anak-anak seusia dia, Dinda dalam usia relatif masih sangat muda telah berhasil melahirkan 7 judul buku disela-sela kesibukannya sebagai seorang pelajar.
Pertanyaan pertama yang disampaikan ke penulis ketika sedang ngobrol adalah “apakah kamu suka membaca?” dan ternyata tebakan penulis tidak salah. Adinda dari kecil memang sudah menyukai baca dari usia enam tahun sudah gemar membaca, tentu saja ini tidak terlepas dari dorongan orang tua dalam mendukung pendidikanya, sehingga banyak sekali buku yang sudah Dia baca dari kecil.
Hal ini juga membuat Adinda menjadi gemar membaca sekaligus menulis.
Sebagai seorang pelajar Dinda tentu saja sibuk dengan semua mata pelajaranya, tentu saja masih dalam proses belajar daring karena pandemi Covid19, namun disela-sela kesibukannya Dinda masih bisa menyempatkan waktunya menjadi relawan di Komunitas Taman Baca Masyarakat (TBM) dan masih aktif dalam dalam kegiatan Literasi Seni Anak Indonesia (LISAN).
Dalam kemampuannya menulis, Dinda memang selalu bisa diacungi jempol, beberapa buku sudah pernah Dia torehkan di atas kertas, seperti buku yang berjudul Agent of Independent, buku Antologi berjudul Arti Merdeka, 9 Inspirasi di Masa Pandem, Kusut, Bumi yang Panas, Sajak Peneduh Rasa, dan Merajut Kata Untuk Bumi Paguntaka.
Sosok yang imut, lincah dan pintar tersirat dari Dinda dalam perbincangan dengan penulis. Sosok anak remaja yang keingintahuanya sangat besar, namun juga memiliki kemampuan menggagas ide-ide pikiranya segala hal yang dilihat dan dirasakannya, entah tentang sosial budaya, entah tentang lingkungan hidup, dan tentang sejarah, tentu saja dari kacamata kawula muda yang masih berapi-api dan haus pengalaman.
Ada satu tulisan Dinda yang beberapa hari kemarin sempat viral yang mengangkat tentang budaya dan sejarah; “Seberapa Pentingnya Edukasi Budaya dan Sejarah Lokal bagi Kawula Muda.
Terlihat jarang ada anak muda yang begitu mencintai budaya dan sejarah di Bumi Panguntaka, memiliki keinginan besar agar semua teman-teman dan generasinya memiliki pengetahuan dan kecintaan yang sama dalam budaya dan sejarah lokal agar tetap terangkat dan tidak dilupakan.
“Padahal itu penting apabila suatu saat Dinda dan temen-temen harus merantau dan keluar daerah ketika ditanya tentang budaya lokal kita tidak tahu apa-apa,” kata Dinda.
Namun inilah yang membuat Dinda beda dengan anak-anak muda seusianya, yang umumnya hanya ingin bersenang-senang, nongkrong di cafe, dan jalan-jalan di mall.
Menjadi seorang Wartawati atau Jurnalis adalah cita-cita Dinda ke depannya, dengan kemampuan dalam menulis yang sudah tidak bisa diragukan lagi dan keingintahuanya yang besar akan mejadi modal dasar yang kuat bagi Dinda untuk mewujudkan keinginanya.
Dinda rencana akan melanjutkan pendidikan Komunikasi Jurnalistik dan bercita-cita menjadi seorang wartawati.
“Namun Jurnalis yang jauh di pelosok-pelosok mungkin sampai ke Papua dan pengen eksplore di daerah-daerah terpencil, keluar dari zona nyaman,” pinta Dinda penuh harap.*
Pewarta: Aan Boan Kardono
Discussion about this post