JAKARTA, CAKRANEWS – Guru Besar Universitas Ibrahimy Jawa Timur HM Baharun mengatakan, Amerika Serikat telah menjadi negara yang tumbuh dengan tingginya kasus-kasus rasialisme, meskipun selalu mengklaim dan dianggap sebagai kiblatnya demokrasi.
Pernyataan Baharun ini adalah tanggapannya atas peristiwa penembakan brutal bermotif rasisme oleh seorang remaja kulit putih bernama Payton Gendron di New York pada Sabtu 14 Mei 2022 lalu, yang mengakibatkan 10 orang tewas dan sebagian besar korbannya adalah kulit hitam.
“Negeri yang dikenal sebagai kampiun demokrasi malah hidup dengan ancaman rasialisme yang semakin tumbuh,” kata Baharun, seperti dikutip dari Republika, Senin 16 Mei.
Ia menyebut, media sosial telah banyak berperan sebagai sarana pemicu kebencian dan rasialisme, dan diduga kuat menjadi faktor di balik serangan tersebut.
“Hidup bergaya modern liberal bukan menjadi jaminan membawa harmoni dan kerukunan. Malahan ini menjadi lebih parah dari era Jahiliyah,” ujarnya.
Untuk mencegah serangan serupa terjadi di Indonesia, menurut Baharun yakni dengan merekatkan masyarakat dari keterbelahan dan perseteruan politik yang terjadi terus-menerus. Masalah tersebut, kata dia, harus segera diatasi dengan dialog kerukunan dan jaminan keadilan sosial.
“Harus ada dialog kerukunan dan jaminan keadilan sosial untuk menyudahi krisis perpecahan warga negara dari ancaman rasialisme Islamofobia dan ujaran kebencian lainnya,” ucap Baharun.
Discussion about this post