Nunukan, CAKRANEWS – Dinkes P2KB Nunukan bekerja sama dengan RRI mengadakan Siaran Promosi dan KIE Program Bangga Kencana. Kegiatan dialog interaktif secara live ini menghadirkan narasumber dari bidang dan program terkait untuk memberikan materi yang mendukung Program Bangga Kencana supaya informasi sampai ke masyarakat. Pada kesempatan Jumat (9/9) ini narasumber yang hadir adalah Sabaruddin, S.KM.,M.Kes, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes P2KB.
Tema yang diangkat yaitu Strategi Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Nunukan. Upaya Percepatan Penurunan Stunting diharapkan dapat berjalan terintegrasi dan bersinergi untuk kemudian menjadi satu kesatuan.
Menurut Sabaruddin terbitnya perpres 72 tahun 2021 mengubah strategi penanganan stunting yang sebelumnya ke desa lokus (komunitas/wilayah) ditambah intervensi keluarga. Penanganan stunting diarahkan ke arah lebih teknis maka diberikan ke lembaga yang lebih teknis, bukan ke Kementerian Kesehatan tapi ke BKKBN yang fokus mengurus kualitas keluarga.
“Strategi stunting di Kabupaten Nunukan adalah sebagai berikut penurunan prevalensi stunting untuk desa lokus, peningkatan kualitas kehidupan keluarga, perbaikan pola asuh, menjamin akses pelayanan kesehatan, sanitasi dan air minum,” ujar Sabarudin.
Kepala Bidang Kesmas ini juga menekankan strategi yang sekarang dilaksanakan adalah pendampingan keluarga. Diharapkan sebelum kejadian stunting terjadi maka dilakukan pendataan keluarga beresiko stunting dan dilakukan pendampingan untuk mencegah perilaku-perilaku yang menyebabkan stunting.
Target nasional tahun 2024 prevalensi stunting maksimal 14%, sementara prevalensi di Kabupaten Nunukan 30%. Stunting berpengaruh pada kualitas generasi kita di masa mendatang. Dampaknya berpengaruh secara signifikan pada rendahnya kualitas sumber daya manusia sampai 30 % akan menjadi beban di masa mendatang.
Permasalahan stunting beragam di tingkat keluarga dan komunitas. Maka dari itu selain tim pendamping keluarga yang disiapkan, banyak stakeholder yang dilibatkan.
Hasil dari pendataan keluarga beresiko stunting permasalahan-permasalahannya akan dibuatkan katalog, untuk setiap permasalahan yang timbul di berikan intervensinya, lalu siapa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan intervensi. Ini merupakan inovasi tata kerja dalam penanganan stunting, harus ada intervensi yang nyata pada keluarga yang stunting maupun beresiko stunting.
“Diharapkan semua masalah yang ditemukan ada intervensinya dan ada yang bertanggung jawab pelaksanaan intervensinya,” tambahnya.
Program kerjasama dengan RRI ini akan terus berlanjut dengan narasumber dan tema berbeda. Kegiatan bersumber dari Dana DAK BOKB BKKBN.
Discussion about this post