KYIV, cakra.news – Penembakan di Ukraina pada Kamis (17/2/2022) memperbaharui ketakutan Barat akan invasi Rusia yang akan segera terjadi.
Presiden AS Joe Biden mengatakan Moskow sedang mempersiapkan dalih untuk membenarkan kemungkinan serangan dan Kremlin mengusir seorang diplomat Amerika.
Baku tembak dini hari antara pasukan Kyiv dan separatis pro-Rusia menimbulkan kekhawatiran karena negara-negara Barat mengatakan serangan bisa datang kapan saja.
Salah satu krisis terdalam dalam hubungan pasca-Perang Dingin sedang terjadi di Eropa karena Rusia menginginkan jaminan keamanan, termasuk Kyiv yang tidak pernah bergabung dengan NATO, dan AS serta sekutunya menawarkan kontrol senjata dan langkah-langkah membangun kepercayaan.
Rusia menuduh Barat histeris, mengatakan beberapa pasukannya telah kembali ke pangkalan dan tidak memiliki rencana untuk menyerang, banyak negara Barat bersikukuh bahwa pembangunan militer terus berlanjut, ada kemungkinan serangan.
“Itu bisa jadi apa yang disebut bom teroris palsu di dalam Rusia, penemuan kuburan massal yang ditemukan, serangan pesawat tak berawak terhadap warga sipil, atau serangan palsu menggunakan senjata kimia,” kata Blinken.
“Rusia mungkin menggambarkan peristiwa ini sebagai pembersihan etnis, atau genosida.”
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Vershinin mengatakan komentar Blinken sangat disesalkan dan berbahaya.
Upaya diplomatik akan berlanjut pada hari Jum’at.
Biden menjadi tuan rumah panggilan telepon dengan para pemimpin Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Rumania, Inggris, Uni Eropa dan NATO.
Blinken akan bertemu rekan-rekan di Konferensi Keamanan Munich.
Dia juga akan membahas krisis akhir pekan depan dengan menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov, “asalkan tidak ada invasi Rusia lebih lanjut ke Ukraina,” kata Departemen Luar Negeri.
Namun sebagai pukulan bagi hubungan AS-Rusia, Rusia mengusir Wakil Kepala Misi AS Bart Gorman. Langkah itu diumumkan pada hari Kamis tetapi seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan dia pergi minggu lalu.
Moskow mengutip pengusiran seorang pejabat senior AS di Washington, yang katanya terpaksa pergi sebelum penggantinya dapat ditemukan sebagai bagian dari “perang visa” AS.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : Reuters
Discussion about this post