TARAKAN, cakra.news – Balai Adat Tidung diperuntukkan bagi semua kalangan, demikian dinyatakan Titik, Kepala UPT Balai Adat Tidung dan Budaya serta Museum Sejarah Kota Tarakan, Rabu (17/11/2021).
Akan tetapi, lanjut Titik secara khusus diperuntukkan bagi wisata edukasi pembelajaran anak-anak sekolah.
Diharapkan anak-anak muda dapat mengenal sejarah kehidupan suku asli Tarakan.
“Di balai adat ini kita bisa melihat barang-barang masa lampau Suku Tidung, suku asli Kota Tarakan. Seperti pelaminan, alat berburu, barang sehari-hari, dan lain sebagaianya,” ucapnya saat ditemui cakra.news pagi tadi.
Meskipun demikian, lanjut Dia, pihaknya mengalami beberapa tantangan dalam mengelola obyek wisata. Pertama, terkait pandemi. Situasi pandemi memberikan dampak signifikan kepada para pengunjung. Sebelum pandemi, pengunjung mencapai 100an lebih perhari karena biasanya rombongan wisatawan dan para pelajar, akan tetapi sekarang sudah menurun.
Kedua, kesadaran pengunjung yang masih minim terhadap biaya retribusi. Banyak pengunjung yang kurang paham terhadap biaya retrebusi, dan menganggap bahwa untuk masuk tidak dikenakan biaya. Padahal, biaya yang diminta hanya sebesar 5 ribu rupiah perorang.
Terakhir, Titik berharap agar rumah Adat Tidung ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
Terkhusus menjadi wisata edukasi bagi masyarakat untuk mengenal suku asli Tarakan. Selain itu, dapat menjadi rujukan wisata dan icon kota Tarakan.
“Kedepan kami akan melakukan banyak kegiatan seperti sanggar, pertunjukan, dan aktivitas lainnya agar lebih rame.” tutupnya.**
Pewarta : Ade Prasetia Cahyadi
Discussion about this post