Malinau, CAKRANEWS – Inovasi daerah merupakan sarana pemerintah untuk mendorong terciptanya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masyarakat yang lebih produktif, efisien dan efektif.
Karena itu untuk meningkatkan indeks inovasi daerah Kabupaten Malinau, Pemkab Malinau menggelar Sosialisasi Inovasi Daerah yang dilaksanakan di ruang Tebengang Kantor Bupati Malinau, pada Kamis (08/06).
Berdasarkan indeks penilaian inovasi daerah khususnya untuk Kabupaten Malinau tahun 2022 dinilai sebagai kabupaten kurang inovatif. Hal ini kemungkinan disebabkan karena beberapa hal seperti kurang optimalnya dukungan dari OPD dalam penyampaian informasi terkait inovasi.
“Sebenarnya banyak inovasi daerah yang sudah kita laksanakan yang banyak manfaatnya bagi masyarakat. Hanya persoalannya kami harap untuk kedepannya support dari OPD. Karena bagaimanapun juga tanpa bantuan dari OPD kita tidak akan bisa bergerak secara maksimal terutama dalam hal memberikan data pendukung,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Litbang Drs. Agustinus, M.AP. dalam laporannya.
“Karena itu kami berinisiasi untuk melakukan sosialisasi kepada OPD. Kami harapkan teman-teman dari OPD bisa menindaklanjuti ini untuk kita bisa tampil lebih baik lagi dalam inovasi daerah di tahun 2023,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Malinau Wempi W Mawa, S.E., M.H. yang membuka kegiatan ini secara resmi berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemajuan kesejahteraan masyarakat Malinau.
Sebagaimana yang diketahui bahwa Pemkab Malinau saat ini memiliki 5 program inovasi daerah.
Salah satunya Rasda Plus, dimana pemerintah membeli gabah dari para petani untuk disalurkan kembali kepada masyarakat. Tidak hanya itu, ada juga petani sehat yang mana berkolaborasi dengan OPD terkait untuk memeriksa kesehatan para petani.
“Bahkan kita datangi mereka langsung ke tempat mereka untuk mengecek kesehatan,” ujar Wempi.
Demikian juga dengan Wajib Belajar Malinau Maju dimana pemerintah memberikan bantuan kepada siswa-siswi berupa perlengkapan sekolah mulai dari sepatu, tas, pakaian seragam hingga batik lokal.
“Pengadaan baju ini juga telah memberikan peluang bagi pengrajin kita,” ungkapnya.
“Jadi sebenarnya dari 1 program itu ada beberapa inovasi yang bisa kita lakukan,” imbuhnya.
Melalui sosialisasi ini Wempi ingin nantinya terjalin suatu komitmen bersama yang disertai dengan perubahan pola pikir dan keinginan yang kuat serta konsisten untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus dengan mengembangkan inovasi daerah di unit kerja masing-masing.
Discussion about this post