SEBATIK, CAKRANEWS– Gerakan Bela Negara Membangun Indonesia (GBN-MI) Kalimantan Utara menyosialisasikan nilai-nilai bela negara kepada para guru di wilayah perbatasan Pulau Sebatik. Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Bela Negara yang diperingati setiap 19 Desember.
Sosialisasi berlangsung di Baloy Tudang Sipulung Prasmanan Zam-Zam, Kecamatan Sebatik Timur, Kabupaten Nunukan, Minggu (21/12/2025). Kegiatan tersebut diikuti para guru Yayasan Muslih Center Sebatik.
Ketua GBN-MI Kaltara, Dwi, hadir langsung bersama Sekretaris Ade Prasetia Cahyadi untuk memperkenalkan organisasi sekaligus menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air kepada para pendidik di wilayah perbatasan.

Dwi menjelaskan, GBN-MI merupakan organisasi kemasyarakatan yang berada di bawah naungan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Organisasi ini menjadi wadah bagi generasi muda dan masyarakat untuk mengimplementasikan program-program Kementerian Pertahanan melalui kegiatan edukasi, sosialisasi, serta penguatan nilai-nilai bela negara hingga ke tingkat akar rumput.
“Gerakan Bela Negara adalah wujud nyata kecintaan kita kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya bagi masyarakat yang hidup di wilayah perbatasan,” ujar Dwi.
Menurutnya, wilayah perbatasan seperti Sebatik memiliki posisi strategis sebagai beranda terdepan bangsa. Namun, daerah perbatasan juga rentan terhadap berbagai pengaruh dari negara tetangga yang berpotensi menggerus rasa nasionalisme jika tidak diantisipasi sejak dini.
“Sebatik dipilih karena merupakan wilayah perbatasan. Di sinilah pentingnya bela negara agar rasa cinta tanah air tetap terjaga,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Dwi menekankan peran guru sebagai garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai bela negara kepada generasi muda. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diteruskan kepada para siswa sebagai penerus bangsa.
Melalui sosialisasi ini, para peserta diajak memahami bahwa bela negara tidak selalu identik dengan angkat senjata. Bela negara dapat diwujudkan melalui sikap dan perilaku sehari-hari, seperti menjaga persatuan, menaati hukum, melestarikan budaya lokal, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai ancaman nonmiliter.
Selain itu, masyarakat perbatasan juga diharapkan mampu menangkal berbagai pengaruh negatif, mulai dari penyelundupan, perdagangan ilegal, radikalisme, hingga disinformasi yang berpotensi mengancam keutuhan NKRI.
“Dengan semangat gotong royong, nasionalisme, dan cinta tanah air, wilayah perbatasan dapat menjadi daerah yang aman, sejahtera, dan bermartabat,” tutup Dwi.
Ia menegaskan, Gerakan Bela Negara merupakan tanggung jawab bersama. Penguatan kesadaran bela negara di wilayah perbatasan diyakini tidak hanya menjaga kedaulatan wilayah, tetapi juga memperkokoh persatuan bangsa demi Indonesia yang berdaulat, maju, dan berkeadilan.










Discussion about this post