TARAKAN, CAKRANEWS – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan gempa megathrust tinggal menunggu waktu untuk mengguncang Indonesia. Kabar ini pun membuat masyarakat di seluruh Indonesia tak terkecuali di Kaltara khawatir akan dampak yang ditimbulkan dari gempa berkekuatan besar tersebut.
Dalam rilisnya, BMKG menyebut ada kekhawatiran dari ilmuwan Indonesia terhadap Megathrust Selat Sunda Magnitudo (M) 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, dua megathrust tersebut sudah lama tidak melepaskan energi besarnya.
Lantas, apakah wilayah Kaltara akan merasakan dampak dari gempa megathrust?
Dikonfirmasi terkait hal itu, Kepala BMKG Tarakan, Muhammad Sulam Khilmi mengatakan berdasarkan pengalaman yang lalu, jika gempa terjadi di pulau Jawa seperti Jawa Barat, maka dampaknya tidak terasa di Kaltara. Berbanding terbalik, jika pusat gempa terjadi di Palu dan Manado, guncangan akan terasa sebab wilayah ini dekat dengan Kalimantan Utara.
“Kalau gempa di area Selat Sunda dan Mentawai itu tidak terasa goncanganya di Kaltara. Kecuali kejadiannya di Palu dan Manado, itu dekat dengan kita (Kaltara),” ucap Khimi ditemui di ruang kerjanya, pada Kamis, 15 Agustus 2024.
Kendati demikian, Khilmi tidak menampik kabar gempa megathrust berdampak secara psikologis bagi masyarakat Kaltara. Terlebih, di wilayah Kaltara terdapat sesar-sesar kecil yang dapat memicu gempa meskipun skalanya kecil. Informasi adanya peringatan gempa megathrust ini, kata Khilmi, bermaksud membangun kesadaran kepada masyarakat untuk lebih waspada bukan untuk menakut-nakutkan.
“Namun ini untuk mengingatkan masyarakat, Pemerintah Daerah dan siapapun bahwa gempa megathrust bisa saja terjadi sewaktu-waktu,” tuturnya.
Lebih jauh dijelaskannya, megathrust merupakan daerah pertemuan antar lempeng tektonik Bumi yang berpotensi memicu gempa besar, bahkan berpotensi tsunami jika pusatnya terjadi di dalam laut.
“Penyebabnya satu lempeng atau sesar itu menyelam di bawah lempeng lainnya. Ketika dia saling menghimpit dan energi terkumpul kemudian terjadi pelepasan energi inilah yang menyebabkan gempa megathrust,” paparnya.
Menurutnya, ada dua zona wilayah di Indonesia yang berpotensi mengalami gempa megathrust yakni Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Potensi tersebut sudah ada sejak sebelum terjadi Tsunami Aceh 2024. Dengan besarnya kekuatan gempa ini, maka dampaknya juga diperkirakan sangat besar.
“Gempa Mentawai tahun 1797 sudah berapa abad sedangkan di Selat Sunda terakhir 1757 itu 7,5 Magnitudo kemudian Mentawai 8,5. Sampai sekarang belum melepas energi dan belum ada gempa lagi, inilah yang disuarakan oleh para ahli untuk lebih waspada,” ungkapnya.
Discussion about this post