TARAKAN, CAKRANEWS – Belakangan ini emak-emak di Kota Tarakan dibuat pusing dengan melonjaknya harga cabai rawit di pasaran. Hal tersebut tidaklah berlebihan sebab hasil penelusuran CAKRANEWS di Pasar Gusher dan beberapa penjual cabai di pinggir jalan, harga cabai berada di kisaran Rp 120.000 – Rp 140.000/kg.
Adalah Yuli, warga Karang Balik yang mengeluhkan hal tersebut. Sebagai pemilik usaha warung makan, ia harus memutar otak untuk mengakali belanja dapur.
“Harus pintar-pintar atur belanjaan karena cabai naik. Saya terpaksa mengurangi stok sambal di warung. Hal ini dilakukan agar pembeli tak sepenuhnya pergi karena bagaimanapun sambal selalu dicari sebagai pelengkap lauk,” jelasnya kepada CAKRANEWS, Selasa (21//6/2022).
Kasi Pengembangan Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi (Disperindagkop) dan UMKM Tarakan, Hari Wijaya Putra pun tak menampik jika harga cabai mengalami kenaikan. Kata Heri, naiknya harga cabai merupakan permasalahan nasional, dan bukan saja dialami masyarakat Tarakan.
Sebab di wilayah penghasil cabai seperti Jawa, para petani mengalami gagal panen. “Di wilayah produksi cabai adanya serangan patek. Selain itu, cuaca buruk juga menghambat waktu panen,” jelasnya.
Kendati demikian, Hari mengungkap harga cabai di Kota Tarakan sudah mengalami penurunan 10 persen dibanding minggu lalu.
“Kita ambil contoh cabe merah besar. Tangan 17 Juni kemaren Rp 80.000 sekarang Rp 70.000. Sedangkan cabai rawit minggu kemaren Rp 130.000 dan Senin ini sudah turun Rp 120.000. Kayaknya stok cabai sudah membaik,” katanya.
Hari menyebut stok cabai di Kota Tarakan dipasok oleh Jawa dan Sulawesi. “Kalau mengandalkan stok dari Tarakan masih minim dan terbatas jenisnya. Tarakan masih mengambil stok cabai mencapai 50-60 persen dari luar karena kita kan bukan daerah pemasok,” pungkasnya.
Pewarta: Ade Prasetia Cahyadi
Discussion about this post