ISTANBUL, cakra.news – Tingkat inflasi tahunan Turki melonjak menjadi 36,1% bulan lalu, tertinggi dalam 19 tahun pemerintahan Tayyip Erdogan, Senin (03/01/2022).
Dalamnya krisis mata uang Turki ini disebabkan oleh kebijakan pemotongan suku bunga yang tidak lazim dari presiden.
Pada bulan Desember saja, harga barang di konsumen naik 13,58%.
Krisis ini menurut data Institut Statistik Turki, memakan pendapatan dan tabungan orang Turki yang terguncang oleh gejolak ekonomi.
Lira Turki merosot 44% dari nilainya tahun lalu karena bank sentral memangkas suku bunga, atas desakan Erdogan untuk memprioritaskan kredit dan ekspor di atas mata uang dan stabilitas harga.
Beberapa ekonom memperkirakan bahwa inflasi bisa mencapai setinggi 50% kecuali arah kebijakan moneter dibalik.
Goldman Sachs mengatakan akan tetap di atas 40% untuk sebagian besar tahun depan.
Turki sekarang memiliki inflasi tertinggi kedelapan di dunia, di bawah Iran dan Ethiopia, menurut daftar Trading Economics.
Namun Erdogan lebih mengunggulkan pada data perdagangan yang menunjukkan ekspor melonjak sepertiga menjadi $225 miliar tahun lalu.
“Kami hanya memiliki satu perhatian: ekspor, ekspor dan ekspor,” kata Erdogan dalam pidatonya.
Menurutnya, data perdagangan menunjukkan peningkatan enam kali lipat dalam ekspor selama masa jabatannya sebagai pemimpin.
Untuk mendukung mata uang lokal dan mengisi cadangan yang menipis, bank sentral mengatakan pihaknya telah meminta eksportir untuk menjual 25% dari pendapatan valuta asing mereka ke bank untuk menaikkan nilai lira.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : Reuters
Discussion about this post