TARAKAN, CAKRANEWS – #KaburAjaDulu viral di media sosial. Tren ini berisikan saran dari berbagai diaspora Indonesia di luar negeri yang mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak mereka bekerja di negara lain.
Mereka berbagi pengalaman bekerja di luar negeri yang katanya jauh lebih baik dibanding negara Indonesia. Benarkah demikian?
Redaksi CAKRANEWS menghubungi salah satu alumni Universitas Borneo Tarakan (UBT), Bintang untuk berbagi pengalamannya berkarir di luar negeri.
Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa Inggris Tahun 2018 itu mengatakan, sebelum berkarir di Bangkok, Thailand, ia sempat berpindah-pindah kerja di Kota Tarakan. Dari sales handphone, guru, sampai menjual makanan.
Karena tidak ada kejelasan terkait gaji dan jenjang karir, ia mencoba peruntungan mencari lowongan kerja (loker) hingga ke luar negeri. Bak gayung bersambut, salah satu temannya memberi informasi tentang loker di Thailand.
Loker itu sebagai Trust and Safety Accociate yang tugasnya mereview atau mengklasifikasikan data berdasarkan aturan yang diberikan client.
Meski sempat ragu karena takut tertipu, namun ia memberanikan diri mencobanya. “Saya cari di google saya cek ternyata memang benar. Saya interview tes akhirnya keterima,” ucapnya dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Rabu, 19 Februari 2025.
Selama 2,9 tahun bekerja di Negeri Gajah Putih (Thailand), Bintang merasa nyaman dan betah. Alasannya beragam, namun salah satunya karena gaji yang lebih tinggi ketimbang Indonesia.
Pria 29 tahun itu menyebut gaji di Thailand lima kali lipat lebih besar dibanding bekerja di Indonesia. Ia semakin betah karena biaya hidup di negara tersebut tidak begitu mahal, per bulannya hanya Rp 2 juta. “Kalau di luar negeri kita bisa dapat pengalaman karena banyak teman dari berbagai negara sehingga pengetahuan lebih luas,” katanya.
Selain itu, ia menilai negara Thailand jauh lebih aman.”Yang aku baru sadari di sini tu jauh lebih aman jadi orang parkir motor jauh lebih aman. Beberapa kali teman handphone ketinggalan di toilet tidak hilang meskipun orangnya ramai,” ungkapnya.
Kemudian, biaya pajak juga lebih murah. Dalam setahun, pajak kendaraan motor miliknya hanya Rp 40 ribu. “Terus jam kerja yang lebih minim, maksimal 9 jam per hari. Maksimal kerja 5 hari dalam seminggu. Dalam 9 jam itu ada istirahat satu jam setengah. Tapi tergantung kantornya yah,” jelasnya.
Diminta tanggapan terkait #kaburAjaDulu, pria kelahiran Pulau Bunyu itu berpendapat bahwa tagar tersebut merupakan luapan kekesalan masyarakat terhadap ketidakpastian ekonomi dan sulitnya mendapat pekerjaan. “Kabur aja dulu itu kan berkarir saja bukan meninggalkan warga negaranya tapi bagaimana upaya untuk mencari kehidupan yang lebih baik,” jelasnya.
Terkait tuduhan tidak nasionalis akibat memilih kerja di luar negeri, menurutnya, kecintaan terhadap Indonesia tidak bisa diukur dari keberadaan seseorang. “Ketika kita berkarir di luar negeri itu bukan berarti mengkhianati negara. Tapi justru meringankan negara begitu agar tidak menjadi beban lebih banyak karena harus membayar subsidi dan segala macam,” ujarnya.
Discussion about this post