KYIV, cakra.news – Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pasukan yang dikendalikan Rusia di Ukraina Timur saat ini sedang meningkatkan kesiapan tempur dan telah melakukan latihan militer berskala besar.
Hal ini menjadi peringatan bagi Kyiv tentang potensi konflik baru, Selasa (23/11/2021).
Ukraina dan negara-negara NATO telah menyatakan keprihatinan bahwa pergerakan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina dapat membuka jalan bagi serangan.
Rusia mengatakan tidak memiliki rencana seperti itu dan menuduh Ukraina dan Amerika Serikat memicu ketegangan.
“Rusia meningkatkan kesiapan tempur pasukan pendudukan Rusia di wilayah yang diduduki sementara di wilayah Donetsk dan Luhansk,” kata Kementerian Pertahanan Ukraina.
Hal ini dinyatakannya merujuk pada dua bagian wilayah Donbass timur Ukraina yang dikuasai oleh separatis yang didukung Rusia sejak 2014.
“Latihan yang dimulai pada hari Senin termasuk pasukan cadangan tempur yang dimobilisasi,” katanya.
Pertempuran besar di Ukraina Timur berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 2015, tetapi konflik yang telah menewaskan ribuan orang itu masih belum terselesaikan dan bentrokan terjadi secara teratur.
Kepala Intelijen Militer Ukraina mengatakan kepada media Military Times akhir pekan ini bahwa Rusia memiliki lebih dari 92.000 tentara yang berkumpul di sekitar perbatasan Ukraina dan sedang mempersiapkan serangan pada akhir Januari atau awal Februari.
Para pejabat AS mengatakan kepada Reuters bahwa masih belum jelas apakah Presiden Rusia Vladimir Putin telah memutuskan tindakan apa yang akan diambil. Tapi tak satu pun dari pejabat AS mengatakan mereka memperkirakan serangan akan segera terjadi, tetapi mereka mengatakan gerakan Rusia mengarah pada krisis.
Ukraina telah lama mencari perlindungan militer Barat dengan mengajukan keanggotaan di NATO.
Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba mengatakan di Twitter bahwa Kyiv harus mempertahankan haknya untuk merdeka, dan bahwa keanggotaan NATO akan “memfasilitasi pengembangan sistem keamanan bersama”.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : Reuters
Discussion about this post