ACEH, cakra.news – Sejumlah warga di Aceh Barat menjadi korban pemukulan saat menggelar aksi memperingati Hari Hak Asasi Manusia (HAM) dan Hari Anti Korupsi Sedunia.
Pelaku diduga merupakan aparat yang mengawal unjuk rasa tersebut. Namun kepolisian membantahnya.
Seorang peserta aksi yang menjadi korban dilarikan ke RSUD Cut Nyak Dhien Aceh Barat. Ia diduga mengalami tindakan kekerasan dari aparat.
Sementara lima peserta aksi yang jadi korban lainnya juga terkena pukulan di bagian kepala, wajah dan perut.
Aksi itu semula dilakukan oleh warga yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Menggugat (Geram) pada Kamis malam (9/12/2021) di halaman kantor DPRK Aceh Barat.
Koordinator aksi Sari Ramadana (20) mengatakan sebelum penyampaian orasi, pihaknya terlebih dahulu menunggu sejumlah rekannya untuk berkumpul di depan gedung DPRK.
Namun, kata Dia, aparat kepolisian justru menyuruh massa bubar dengan alasan aksi tersebut tidak diizinkan pada malam hari.
Meski demikian massa tetap bertahan hingga terjadi aksi saling dorong.
“Saat didorong itu banyak peserta jatuh, di situ banyak yang dipukul dan ditendang, bahkan ada yang dilarikan ke rumah sakit,” kata Rama saat dikonfirmasi, Jumat (10/12/2021).
Atas dugaan tindakan represif aparat itu, kata Dia, pihaknya bakal melaporkan polisi yang diduga terlibat dalam peristiwa itu ke Propam.
Sementara itu, Wakapolres Aceh Barat Kompol Asa Putra membantah anggotanya melakukan tindakan kekerasan kepada warga yang ingin menyampaikan aspirasinya.
Polisi saat itu hanya melarang warga menggelar demo di malam hari.
“Informasi dipukul itu tidak ada. Kita hanya melarang mahasiswa itu melakukan aksi demo di malam hari,” kata Asa Putra.
Namun, kata Dia, terjadi aksi saling dorong antara aparat dan massa aksi setelah imbauan polisi tidak dihiraukan.
“Mereka memaksa jadi terjadi dorong-dorongan, jadi untuk memukul warga itu tidak ada. Kita tahu hukum, jika kita pukul kita yang kena masalah,” katanya.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : detik
Discussion about this post