Smart City Kota Tarakan yang dibangun dengan harapan tinggi untuk memudahkan akses informasi publik dan meningkatkan kualitas layanan digital, kini menghadapi tantangan besar. Salah satu indikasi utamanya adalah portal informasi publik yang tidak berfungsi secara optimal. Seharusnya, portal ini menjadi pusat akses masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini dan akurat tentang layanan publik dan program pemerintah. Sayangnya, kenyataan ini jauh dari harapan awal, dan hal tersebut menjadi tanda bahwa konsep Smart City di Kota Tarakan perlu dievaluasi kembali agar sesuai dengan visi awalnya.
Kegagalan portal informasi publik Kota Tarakan menunjukkan adanya hambatan dalam mewujudkan tujuan utama Smart City, yaitu efisiensi dan transparansi. Tanpa akses informasi yang mudah dan jelas, masyarakat kesulitan dalam mendapatkan layanan publik yang efektif. Hal ini justru menciptakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan, di mana masyarakat tidak merasakan dampak positif dari digitalisasi pelayanan yang seharusnya menjadi pilar utama Smart City. Dampak ini bukan hanya mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap teknologi kota cerdas, tetapi juga memperlambat perkembangan Kota Tarakan dalam mencapai standar kota modern.
Penguatan kembali konsep Smart City Kota Tarakan perlu dilakukan melalui berbagai upaya konkret. Pertama, pemerintah harus mengidentifikasi kendala teknis yang menghambat berfungsinya portal informasi publik. Bisa jadi, terdapat masalah infrastruktur digital atau ketidakcukupan anggaran yang berdampak pada kualitas layanan portal. Mengatasi hal ini memerlukan alokasi anggaran yang tepat, investasi pada infrastruktur digital, serta pemutakhiran sistem secara berkala agar portal dapat diakses oleh masyarakat dengan lancar dan tanpa hambatan.
Selain itu, penguatan Smart City juga membutuhkan keterlibatan sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang teknologi informasi. Tanpa pengelolaan yang tepat, portal informasi publik akan terus mengalami kendala, dan tujuan utama Smart City akan sulit tercapai. Oleh karena itu, pelatihan bagi tenaga kerja yang mengelola portal dan sistem teknologi informasi Kota Tarakan sangat dibutuhkan. Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga mencakup pengetahuan tentang tata kelola data, transparansi, dan manajemen layanan publik yang berbasis teknologi.
Di samping penguatan teknis dan SDM, pemerintah Kota Tarakan juga perlu mempertimbangkan kolaborasi dengan pihak ketiga, seperti perusahaan teknologi, untuk mempercepat pengembangan Smart City. Banyak kota di Indonesia telah menjalin kerja sama dengan sektor swasta untuk meningkatkan kualitas infrastruktur digital mereka. Kolaborasi ini dapat membantu Kota Tarakan mengatasi keterbatasan yang ada dan memanfaatkan pengalaman serta keahlian pihak ketiga untuk mengoptimalkan konsep Smart City.
Pengembangan Smart City juga harus diimbangi dengan sosialisasi kepada masyarakat tentang penggunaan portal informasi publik. Dengan adanya edukasi ini, masyarakat akan lebih terbiasa dan terampil dalam memanfaatkan layanan digital yang disediakan. Partisipasi aktif masyarakat dalam mengakses informasi dan menggunakan layanan berbasis teknologi merupakan kunci keberhasilan dari Smart City. Jika masyarakat memahami manfaat dan cara menggunakan layanan ini, Smart City Kota Tarakan akan menjadi lebih efektif dan relevan dalam memenuhi kebutuhan publik.
Kesimpulannya, Smart City Kota Tarakan memang membutuhkan penguatan agar dapat berfungsi maksimal seperti yang diharapkan sejak awal. Tidak hanya sebatas pada infrastruktur, tetapi juga mencakup pengelolaan sumber daya manusia, kolaborasi dengan pihak ketiga, dan edukasi publik. Dengan langkah-langkah strategis tersebut, Kota Tarakan dapat memperbaiki performa portal informasi publik dan menciptakan sistem yang lebih andal dan transparan. Ini adalah tantangan besar, namun dengan komitmen yang kuat, Smart City Kota Tarakan bisa menjadi model yang berhasil di masa depan.
Penulis : Fitriansyah Ahmad, S.Kom, M.Kom
Praktisi IT
Discussion about this post