CAKRANEWS – Pada awal Desember 2001 Sulaiman mengemban amanah sebagai Wakil Komandan Batalyon Infanteri (Wadanyonif) 521/Dadaha Yudha di Kediri, Jawa Timur. Dimana batalyon yang dikenal dengan simbol lambang “Macan Kumbang” ini merupakan Batalyon Infanteri Mekanis yang berada dibawah Komando Brigif Mekanis 16/Wira Yudha, Kodam V/Brawijaya.
Pada masa itu, selama bertugas kurang lebih tiga tahun di Yonif 521/DY, Sulaiman mendampingi atau “berduet” dengan dua sosok Komandan Batalyon (Danyon), yakni Letkol Inf.Suratin Budi Wahyono dan Letkol Inf.Ucu Subagja.
Seperti di lokasi penugasan sebelumnya di Surabaya, Sulaiman pun di kesatuan Yonif 521/DY tetap dikenal cukup dekat dengan anggota personel. Banyak suka dan hanya sedikit duka yang telah dilewatinya. Kebersamaan dan kekompakan merupakan dua hal yang menonjol. Apalagi dengan posisinya sebagai Wadanyon ketika itu memang lebih banyak dipercayakan untuk menangani dan mengurusi berbagai kegiatan yang sifatnya internal dan pembinaan personel.
Anggota personel Yonif 521/DY dimana Sulaiman dipercaya sebagai Wadanyonif pernah terlibat dalam Operasi Pemulihan Keamanan (OPK) daerah rawan Aceh tahun 2002 dan Operasi Aceh tahun 2004 yang ditandai dengan gugurnya seorang Komandan Batalyon Infanteri 521/DY Letkol Inf Tugas Wignyo Kusbianto dalam sebuah kecelakaan jatuhnya pesawat CN 250 yang ditumpangi almarhum.
Selain itu, personel Yonif 521/DY ini juga diketahui banyak mencetak sejumlah prestasi pada masa itu. Seperti juara 1 menembak perorangan pada Kejuaran Menembak KASAD Cup tahun 2002 dan juara 2 lari 10 Km pada HUT TNI ke-58 tahun 2003 atas nama Pratu Inf Agustinus Beno.
Dalam sejarah disebutkan, mengapa Kediri yang dulunya tak pernah ditempati sebagai lokasi batalyon, karena tak terlepas dari posisi kabupaten Kediri yang strategis. Setelah kemerdekaan, Indonesia memang tak lepas dari berbagai pemberontakan. Termasuk yang dilakukan oleh PKI. Posisi Kediri yang berada di tengah-tengah, membuat Yonif 521 mempunyai tugas untuk memangkas pengamanan dan pergerakan PKI. Apalagi, beberapa daerah di sekitar Kediri merupakan basis PKI. Baik di Madiun, Blitar, dan wilayah Kediri bagian timur.
Dalam catatan perkembangan organisasinya, berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor Kep/70/IV/2007 tanggal 14 April 2007 dan Surat Perintah Pangdam V/Brawijaya Nomor Sprin/481/IV/2007 Yonif 521/DY beralih Komando dari Komando Resort Militer 082/Citra Panca Yudha Jaya ke Brigade Infanteri 16/Wira Yudha. Markas Yonif Mekanis 521/DY berkedudukan di Jl. Ahmad Yani Kota Kediri. Sementara itu Kompi Senapan C Yonif Mekanis 521/DY berada di kabupaten Tuban. Terakhir, sejak 2016 Batalyon Infanteri 521/DY telah berganti menjadi Batalyon Infanteri Mekanis 521/DY berdasarkan Surat Perintah Pangdam V/Brawijaya Nomor Sprin/815/IV/2016.
Dari Kediri, kemudian untuk pertama kali Sulaiman berdinas keluar Jawa. Pada 4 November 2004, dia ditugaskan di Korem 152/Babulloh Provinsi Maluku Utara. Di daerah itu dirinya bertugas hingga akhir Mei 2006 dengan jabatan terakhir sebagai Kasi Intel Korem 152/Babulloh.
Pasca bertugas di Maluku Utara, Sulaiman ditarik Kembali masuk Jawa pada 1 Juni 2006 menjadi Komandan Yonif (Danyonif) Mekanis Raider 413/Bremoro/6/2 Kostrad di Surakarta dengan promosi pangkat menjadi Letnan Kolonel (Letkol). Di sini ia bertugas kurang lebih dua tahun. Dan pada 1 September 2008 ia menjabat sebagai Pabandya Min Sintel Kostrad.
Discussion about this post