CAKRANEWS – Hari itu cerah. Matahari baru menampakkan sinarnya. Seorang pria menjejak Markas Komando Yonif 413/Bremoro Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) yang asri di Solo, Jawa Tengah. Bertubuh tegap, kulit hitam, rambut cepak, wajah dan penampilannya sepintas tegas dan sangar.Dikerah seragamnya terdapat tanda pangkat Letnan Kolonel (Letkol). Di bagian dada kanan terpampang tulisan nama: Sulaiman. Dia Komandan Batalyon (Danyon) Infanteri 413/Bremono yang ke-15. Dilantik 1 Juni 2006. Panglima Kostrad saat itu Letnan Jenderal TNI George Toisutta yang kemudian menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad).
“Kesan pertama kali bertemu Pak Sulaiman, jujur saya merasa takut dan was-was karena beliau kelihatan galak dan sangar seperti kebanyakan cerita atau stigma karakter orang Makassar, Sulawesi yang dikenal berwatak keras,” cerita Kolonel Inf. M.Aan Setiawan, mantan anak buah Sulaiman ketika masih bertugas di Yonif 413/Bremoro Kostrad, saat dihubungi Selasa 21 Maret 2023.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, lanjut Aan, kesan dan penilaiannya terhadap sosok Pak Sulaiman ternyata salah dan berbeda 180 derajat dengan faktanya.
“Saya jadi malu sendiri hehe….,belakangan saya kenal beliau (Sulaiman,red) orangnya ramah dan sangat baik. Dia juga banyak memberikan nasihat dan contoh kedewasaan kepada perwira, serta sangat perhatian terhadap staf dan anggotanya,” ungkap ayah dua anak yang sudah tiga bulan bertugas sebagai Asisten Perencanaan Divisi 3 Kostrad di Pakatto, kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Perihal kesan pertama, memang diakui banyak orang yang terkecoh. Boleh dikata langsung “ciut” ketika melihat para tentara berseragam, berbadan tegap dan wajah serius. Seperti kata pepatah, “Tak Kenal Maka Tak Sayang”.
Ya, dibalik penampilannya yang sangar, para prajurit TNI sesungguhnya punya sifat yang lembut dan penyayang. Seperti ungkapan anak jaman now, “Tampang Rambo Hati Rinto”. Atau untuk menangkis stigma, ketika ditanya ”orang apa?” Anak-anak Makassar biasanya sambil berseloroh acapkali menjawab sebagai orang “Solowesi” hehe…
Aan juga bersyukur pernah menjadi anak buah Pak Sulaiman. Karena berkat pengalaman kurang lebih dua tahun berinteraksi dan bergaul dengan beliau, menurut Aan, menjadi modal sosial yang memudahkan baginya untuk bisa memahami karakter kolega dan masyarakat saat dirinya ditugaskan di Sulawesi Selatan, kampung Pak Sulaiman.
Discussion about this post