NAIROBI, cakra.news – Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed berada di garis depan dengan tentaranya memerangi pasukan pemberontak Tigrayan di wilayah Timur Laut Afar, Jumat (26/11/2021).
Sebuah sumber menyiarkan Abiy yang mengenakan seragam militer dan berbicara kepada stasiun televisi dalam bahasa Afaan Oromo dan Amharik.
“Yang kalian lihat di sana ada gunung yang direbut musuh sampai kemarin. Sekarang sudah bisa kita kuasai sepenuhnya,” kata Abiy yang mengenakan topi dan kacamata hitam.
“Semangat tentara sangat tinggi,” katanya.
Diapun berjanji untuk merebut kota Chifra, di perbatasan antara Tigray dan Afar segera.
“Kami tidak akan mundur sampai kami mengubur musuh dan memastikan kebebasan Ethiopia. Yang perlu kami lihat adalah Ethiopia yang berdiri sendiri, dan kami akan mati untuk itu,” katanya lagi.
Abiy mengumumkan pada Senin malam bahwa dia akan pergi ke garis depan untuk mengarahkan perang melawan pasukan pemberontak dari wilayah utara Tigray dan sekutu mereka.
Pasukan pemberontak Tigrayan telah mengancam akan masuk ke Ibukota Addis Ababa atau mencoba memotong koridor yang menghubungkan Ethiopia yang terkurung daratan dengan pelabuhan terbesar di kawasan itu.
Utusan Khusus AS Jeffrey Feltman mengatakan minggu ini bahwa pasukan Tigrayan telah mampu membuat kemajuan ke Selatan menuju ibukota tetapi Militer Ethiopia telah memukul mundur mereka yang berupaya untuk memotong koridor transportasi di Front Timur.
Setahun terakhir, konflik di Ethiopia ini menyebar ke wilayah tetangga Afar dan Amhara berarti bahwa 9,4 juta membutuhkan bantuan makanan sebagai akibat langsung dari konflik yang sedang berlangsung, Program Pangan Dunia PBB mengumumkan pada hari Jumat. Lebih dari 80% dari mereka yang membutuhkan berada di belakang garis pertempuran.
Koridor ke Tigray telah ditutup karena penyerangan Tigray baru-baru ini di Afar dan Amhara, serta semakin sulitnya pemberian izin dari Pemerintah Federal. Sejak pertengahan Juli, kurang dari sepertiga pasokan yang dapat memasuki wilayah tersebut.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : Reuters
Discussion about this post