Nunukan, CAKRANEWS – Mukalal adalah seorang petani biasa, namun dia bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang di sekitarnya, dan saat ini Mukalal menjadi ketua kelompok tani Manunggal Karsa di kampung Labanan. Berawal dari daerah yang ia tinggali di kampung Labanan Jaya Kec. Teluk Bayur Kab. Berau merupakan daerah pertanian yang menghasilkan beras yang berlimpah sehingga untuk mendistribusikan hasil berasnya mukalal harus menjual beras tersebut ke Bulog.
Kisah inspiratif ini disampaikan oleh Mukalal sendiri saat menerima kunjungan Rombongan Pemerintah Daerah Kabupaten Nunukan dan BAZNAS Kabupaten Nunukan yang sedang melakukan studi Tiru kepada Petani dan Peternak di Labanan Kabupaten Berau, Sabtu (20/08).
Lanjut cerita, Mukalal mengisahkan dikarenakan harga jual di Bulog rendah mengharuskan dirinya memutar otak bagaimana caranya agar beras-beras yang dihasilkan dari daerahnya bisa terjual dengan harga yg sedikit tinggi. Kemudian pada tahun 2006 kelompok tani Manunggal Karsa menemukan solusi dengan menggandeng dan bekerjasama dengan Baznas Berau.
“Pada tahun 2006, waktu itu Ketua Baznasnya mantan Kepala Dinas Pertanian Kab. Berau, sehingga kelompok tani Manunggal Karsa bekerjasama dengan Baznas Berau dengan cara menjual beras kepada Baznas dengan harga yang sedikit lebih tinggi dari harga Bulog untuk diditribusikan kepada para mustahik. Kemudian Baznas juga memberikan 1 unit mobil yang kami gunakan untuk mendistribusikan beras-beras ini ke mustahik di desa-desa. Waktu itu harga beras Rp.6.500 perkilonya, tapi dari Baznas dibeli Rp. 11.000 perkilonya”, ujarnya.
Lanjut diceritakan Baznas kemudian menjalin hubungan dengan Bank Indonesia (BI) sehingga pada tahun 2017 mengadakan tanam padi organik yang bertujuan menjaga lingkungan dan menjaga kesehatan masyarakat.
“Dan Alhamdulillah kita panen padi organik sekitar 5 hektar. Kemudian dari Bank Indonesia melakukan program tanam padi Haston yang menghasilkan padi berton-ton. Kenapa kita menggunakan tanam model haston, karena lahan yang kita miliki disini kebanyakab rawa dan banyak hama keong, dengan menggunakan bibit Haston ini keong-keong tidak bisa memakan padi karena bibit haston umurnya tua bisa sampai 1 bulan lebih”, ujarnya.
Kerjasama yang baik dengan Baznas Berau kemudian berlanjut dengan pengembangan ternak sapi, yang awalnya 10 ekor pertahun sekarang bisa menjadil 12 ekor pertahun. Kemudian dengan adanya peternakan sapi sangat berdampak positif bagi pertanian karena dari kotoran sapi ini bisa dijadikan pupuk. Bank Indonesia juga memberi bantuan dana untuk pembangunan kandang ternak sapi yang dapat menampung sekitar 150 ekor sapi yang menggunakan lahan milik pribadi para petani. Di kampung Labanan Jaya ini juga menjadi tempat Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S).
“Sampai saat ini kita masih bekerjasama baik dengan Baznas, semoga selamanya bisa terus menjalin kerjasama dengan Baznas. Dari kerjasama ini kita juga belajar untuk berzakat, yang dulunya kita belum pernah berzakat sekarang bisa berzakat semua. Karena kemarin dari BI memfasilitasi untuk meminjam uang melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) satu orang mendapatkan pinjaman sebesar Rp.50.000.000, dan para petani tidak menerima uang tetapi berupa hewan ternak sapi perorang mendapatkan 4 ekor sapi. Sehingga 2,5% dari penjualan sapi ini digunakan untuk berzakat melalui Baznas.” jelas mukalal.
Asisten Pemerintahan dan Kesra Muhammad Amin SH sangat mengapresiasi dan kagum dengan para petani di Kampung labanan jaya.
Muhammad Amin menjelaskan kedatangannya bersama rombongan di Kampung Labanan Jaya ini adalah mewakili Pemerintah Daerah Kab. Nunukan mendampingi Baznas Nunukan untuk melihat secara langsung dan belajar terkait usaha kolaborasi yang sudah dijalankan Baznas Berau sehingga program-program yang dijalankan oleh Baznas Berau bisa berjalan dengan nyata dan bisa menjadi referensi untuk Baznas Nunukan. (Prokopim Setda/Fb)
Discussion about this post