CAKRANEWS – TERKADANG Sulaiman berdiri di depan cermin. Dengan seragam harian taruna yang khas dikenakan, Sulaiman melihat sosok pria yang tampak rapi dengan warna menarik membuat dirinya terlihat gagah.
Begitu juga ketika dirinya bersama kadet atau taruna lainnya jalan-jalan saat libur akhir pekan. Sulaiman bisa marasakan mungkin setiap warga di Kota Magelang yang menjumpainya menancapkan angan-angan, harapan, dan bahkan uluran dukungan doa secara spontan untuk masa depan mereka meraih “bintang” (Jenderal). Lambang tertinggi kesatria bangsa dan negara, melalui perjalanan karier militer selepas dari lembah Tidar.
Pada tanggal 26 Juli 1990, Sulaiman mengakhiri masa pendidikannya di AKABRI (sekarang bernama AKMIL). Dia berhak menyandang pangkat letnan dua infanteri dengan NRP 1900001820767. Peristiwa itu terasa sangat spesial, karena sekaligus menjadi “kado terindah” ulangtahun dirinya, tiga hari sebelumnya. Sebuah pencapaian tertinggi bagi seorang anak petani dari Cempaniga, Camba, pelosok desa di kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Saat menjelang kegiatan Upacara Penutupan Pendidikan (Tupdik) dan Wisuda Sarjana Taruna/Taruni Akademi Militer tahun pendidikan 1989/1990, Sulaiman menceritakan kisah saat dirinya melapor kepada komandan bahwa kemungkinan orang tuanya tidak datang dari kampung. “Saya lapor, saya anggap ambo dan emak tidak datang, keduanya jarang sekali bepergian jauh keluar dari kampung.”
Sulaiman tak sanggup menahan haru saat melihat teman-temannya yang didatangi orang tuanya. Dipeluk bangga dengan berbagai ucapan selamat dari sanak famili.
Tiba-tiba dirinya diminta ke sebuah ruangan. Alangkah kagetnya Sulaiman, karena disitu dia bertemu Jenderal TNI Wiranto yang tak lama kemudian meminta masuk dua orang tua yang mengaku dari tadi mencari-cari keberadaan anaknya. “Seakan tidak percaya, tapi benar yang saya lihat adalah ambo dan emak saya yang datang ditemani keluarga saya, “kata Sulaiman.
Menjadi seorang prajurti TNI tentu membuat dirinya bangga, bahkan tak terkecuali orang sekampungnya yang menaruh bangga pada Sulaiman. Ia bertekad menjadi prajurit yang terus belajar dan berusaha menjadi perwira tinggi TNI AD dengan gambar bintang di kerah seragamnya.
Cerita Sulaiman meretas jalan menjadi seorang prajurit TNI ini cukup sering dia ceritakan kepada bawahannya sebagai motivasi bagi generasi penerus di mana pun mereka bertugas. Baginya, TNI tidak pernah menilai dari kelompok dan golongan mana pun. Semua sama.
Selama mau bekerja keras, gigih pantang menyerah, dan optimis yakin, maka Insya Allah pasti ada jalan. “Buktinya saya, hanya anak seorang petani dari kampung, tapi alhamdulillah bisa lulus sebagai prajurit TNI dan sampai menjadi Jenderal.”
Teman satu angkatan Sulaiman antara lain Letjen I Nyoman Cantiasa, Mayjen Achmad Daniel Chardin, Mayjen Sonny Aprianto, Mayjen Gabriel Lema, Mayjen TNI Mochamad Syafei Kasno, Mayjen Dwi Darmadi, Mayjen Joko Purwo Putranto, Mayjen Syafrial, Brigjen Refrizal, Brigjen Muhammad Alam Ramli.
Kembali Sulaiman teringat masa-masa perjuangan untuk menentukan jalan hidup dan mewujudkan impiannya. Seorang anak petani dari sebuah kampung di Camba, pelosok Sulawesi Selatan.
Terbayang olehnya betapa hebat perjuangan kedua orang tuanya untuk menghidupi anak-anaknya, terutama emak dengan kesabaran yang penuh kasih dan sayang bagi anaknya.
Yang dia pahami, seorang ibu akan selalu berusaha segenap jiwa dan raganya untuk membahagiakan dan mengedepankan masa depan anaknya, walaupun mungkin itu mengorbankan kebahagian dan masa depannya sendiri.
“Dalam setiap sujud malamnya, sering terdengar nama kami disebut, dalam liang air mata beliau, tak terhitung doa-doa yang beliau panjatkan, membaluri sekujur tubuh melalui usapan hangat tangannya yang renta, saat kami terlelap,” ujar Sulaiman mengenang ibunya.
Hanya tekad kuat teriring untaian doa emak yang membuat Sulaiman terus maju, berlari menggapai cita-cita dan impian. Besarnya pengorbanan emak yang tak terhingga yang menghantarkan dirinya melewati ragam halang rintang hingga sampai pada titik ini.
Satu pesan emak, “Akakatutu atau bersungguh sungguh jika kita ada keinginan dan tak lupa serahkan hasilnya kepada Allah SWT tempat kita bersandar
Discussion about this post