TANJUNG SELOR, cakra.news – Layaknya pasar modern, Pasar Panca Agung di Desa Panca Agung, Kecamatan Tanjung Palas Utara dibangun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) sejak tahun 2018 sampai tahun 2020 lalu, terdiri dari 133 rumah toko (ruko).
Dikatakan Kepala Desa (Kades) Panca Agung, Heri Purwanto, A.Md.Kep, Senin pagi (11/10/2021), pasar modern yang diberi nama Pasar Panca Agung, sudah diaktifkan dari tahun 2020 melalui Dinas Koperasi Provinsi.
Sejak saat itu, pasar berfungsi sebagaimana mestinya, dengan aktifitas jual beli dari para penjual dan pembeli.
“Pasar itu melalui Dinas Koperasi Provinsi sudah kita aktifkan dari 2020,” ujar Heri.
Namun, tambahnya, aktifitas pasar tidak berjalan lama, hanya sekitar 7 bulan sejak Agustus 2020 hingga Juli 2021. Sejak awal pasar beroperasi hingga saat ini, kata Heri, pihaknya harus menomboki biaya operasional dan fasilitas pasar hampir 30 jutaan.
Biaya yang dikeluarkan ini untuk pembayaran gaji petugas kebersihan dan petugas keamanan pasar. Adapun pasar, berjalan dengan sistem sewa kelola oleh pihak Pemerintah Desa Panca Agung.
“Tapi dari awal beroperasi sampai sekarang, kita sudah terhutang hampir 30 juta, jadi setiap penggajian petugas kebersihan dan keamanan kita selalu mombok karena sifatnya pasar ini kemarin sewa kelola.
Jadi dikelola desa, kemudian pihak desa mengumpulkan warga-warga yang mau berjualan,” ucap Kades Heri.
Diterangkan Heri pula, beberapa permasalahan yang dialami dalam pengelolaan pasar, diantaranya masalah tempat pembuangan sampah yang belum tersedia sampai saat ini sehingga menjadi kendala yang sangat berarti untuk menjaga kebersihan pasar.
“Kelabakan, karena setiap buang sampah sempat terjadi kericuhan karena tidak ada tempat membuang,” tandasnya.
Seiring waktu berjalan, jelas Heri, ditemukan pula masalah lain dari aktifitas Pasar Panca Agung, yaitu tidak tersedianya tandon untuk penampungan air bersih sehingga demi berjalannya fungsi pasar, Kades harus rela merogoh uang pribadi untuk membuat penampungan air di Pasar Modern Panca Agung.
“Ternyata air juga tidak ada, mangkanya saya biaya pribadilah untuk mengadakan tandon, tiang tandon sama talangnya itu,” keluh Kades Panca Agung.
Ada pula permasalahan lainnya, tambah dia, waktu musim kemarau, mau tidak mau air harus dibeli dengan biaya yang cukup besar karena kebutuhan air banyak sedangkan uang untuk biaya operasional pasar hanya mengandalkan penarikan dari masing-masing ruko.
Pemilik ruko pun merasa keberatan dengan biaya yang dibebankan, karena keuntungan dari penjualan tidak memadai.
“Nah tapi kalau pas kondisi tidak hujan, air itu kita beli. Kita mengandalkan dari tarik-tarikan yang mana kita bebankan dari masing-masing ruko, tapi dari ruko ini belum menghasilkan jadi mereka merasa keberatan,” ujar Kades.
Oleh sebab itu, Kades Panca Agung Heri berharap Pemprov Kaltara menindaklanjuti pembangunan Pasar Modern Panca Agung ini.
Menurutnya, sangat disayangkan bila pasar yang dibangun dari hasil hibah tersebut tidak bisa dimanfaatkan maksimal, apalagi biaya yang dikeluarkan pemprov dalam pembangunan pasar tersebut sangat besar.
“Memohon kepada Pemerintah Provinsi untuk melanjutkan kegiatan ini. Sayang pasar dibiayai dengan biaya sangat besar dan nganggur seperti itu. Tapi dengan hadirnya kelengkapan yang ada baik dari petugas kebersihan dan keamanan kemudian fasilitas air juga lengkap, saya rasa pengunjung bisa hadir lagi karena penjual juga ogah kalo pembeli kurang,” harap Heri kepada Pemprov Kaltara.*
Pewarta : Eni Sakadah
Discussion about this post