TARAKAN, CAKRANEWS – Tak bisa dipungkiri, keberadaan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) seringkali meresahkan masyarakat Kota Tarakan.
Tak sedikit dari ODGJ terlihat berkeliaran di jalan, menganggu bahkan membuat onar. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, beredar video ODGJ sedang memperlihatkan kemaluannya.
Tak ayal kondisi ini dikeluhkan sebagian besar masyarakat, mereka menginginkan agar ODGJ yang meresahkan tersebut ditertibkan.
CAKRANEWS beberapa waktu lalu mencoba mengonfirmasi kepada salah satu dinas yang bertanggung jawab terhadap persoalan ini, yakni Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tarakan.
Dinsos mengakui telah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait seperti Satpol PP dan kepolisian untuk melakukan penertiban. Sejumlah ODGJ pun sudah diamankan lalu dibawa menuju Rumah Sakit Jiwa (RSJ).
Kendati demikian, Dinsos mengakui mengalami kendala dalam penanganan ODGJ, salah satunya minimnya perhatian dari keluarga. Kendala ini seolah menunjukkan bahwa penanganan ODGJ perlu melibatkan seluruh pihak termasuk keluarga.
Penyuluh Sosial Ahli Muda Seksi Rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Tarakan, Akhmad Sujai menjelaskan, ODGJ merupakan persoalan rumit dan perhatian dari keluarga memiliki peran penting dalam penyembuhan.
Sujai menyebut, dalam penganganan ODGJ, Dinsos biasanya akan membawa mereka ke Ruang Teratai RSUD Dr Jusuf SK, tempat perawatan Orang Dengan Gangguan Jiwa.
Setelah dilakukan perawatan dan dinyatakan sembuh, Dinsos akan mengembalikan kepada keluarga. Namun saat berada di keluarga, mereka seringkali tidak memantau obatnya. Alhasil, mereka kembali sakit dan menjadi ODGJ.
Ia tak menampik keberadaan ODGJ seringkali meresahkan warga. Khususnya ODGJ yang menganggu warga dan membawa senjata tajam di jalanan.
Dijelaskannya, ada salah satu ODGJ bernama Ima yang cukup meresahkan warga, ia sering menganggu bahkan memperlihatkan kelaminnya. Adapula ODGJ bernama Sapri, yang sering mengamuk dan meminta uang kepada warga.
“Kalau ODGJ ngamuk itu bukan kami yang turun tapi Satpol PP. Kami memberikan penjaminan sosialnya. Nanti keluar dari rumah sakit, kami juga lakukan pendampingan dan kontrol. Tapi kembali lagi keluarga punya peran penting,”ungkapnya.
Kendala lainya yang dialami Dinsos yakni tidak adanya data KTP dan KK ODGJ sehingga menyulitkan dalam proses penanganan di RSUD.
Selama ini Dinsos Tarakan, kata Sujay, telah melakukan pendataaan terkait jumlah ODGJ di Tarakan. Hasilnya, ada sekitar 12 ODGJ yang terpantau berkeliaran di jalanan. Melihat jumlah ODGJ yang cukup banyak tersebut, dia mengharapkan adanya peran seluruh pihak. Mulai dari Satpol PP, Dinas Kesehatan, Dinsos dan keluarga.
Discussion about this post