Malinau- Bupati Malinau Wempi W. Mawa, S.E, membuka secara resmi kegiatan Kuliah Umum yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Theologia Sehati (STTS) Malinau. Kegiatan ini berlangsung di ruang Tebengang Kantor Bupati Malinau. Selain di Tebengang kegiatan ini juga disiarkan secara virtual melalui media aplikasi Zoom, Jum’at (21/05).
Pdt. Yulius Daud selaku Ketua Panitia melaporkan bahwa kuliah umum ini mengusung tema “Pengembangan SDM Gereja dalam Menghadapi Era Industri 4.0”. Tema ini dianggap penting karena di era sekarang yang telah memasuki era digitalisasi ini kemajuan di bidang alat komunikasi dan teknologi semakin canggih.
“Sebagai umat Kristen yang juga warga gereja harus berpacu melengkapi diri dan memperlengkapi anak-anak muda kita dalam menghadapi tantangan ini,” ujarnya.
Melalui kegiatan ini diharapkan pertama, STTS Malinau dapat mengembangkan dan menjalankan perannya untuk mengedukasi mahasiswanya, mengedukasi warga gereja dan masyarakat agar dapat membangun theologi kontekstual yang dapat berkontribusi bagi kemajuan, perubahan dan kedewasaan iman.
“Melalui kegiatan ini kiranya dapat membangun pola pikir baru dan sikap kemandirian dalam melaksanakan misi Allah di dunia ini,” jelasnya.
Kedua, sekolah ini hendak memperkenalkan dirinya di tengah-tengah masyarakat luas sebagai bagian integral dari masyarakat dan komunitas intelektual warga gereja, bahwa STTS Malinau didirikan dengan semangat memperkuat pelayanan gereja dan masyarakat di Kalimantan Utara secara khusus di Kabupaten Malinau bahkan Indonesia.
“Inilah mimpi dan kerinduan kami bersama,” ucapnya.
Sementara itu, Bupati Malinau Wempi W. Mawa, S.E, memberikan apresiasi kepada STTS Malinau atas inisiasinya menyelenggarakan kuliah umum ini.
“Adanya kuliah umum seperti ini merupakan salah satu cara untuk melakukan pengembangan di bidang sumber daya manusia, dengan harapan agar dapat membekali warga gereja dalam membentuk karakter sehingga lebih kompetitif dalam menghadapi era industri 4.0,” ujarnya.
Dimana industri ini kata Wempi, didefinisikan sebagai perubahan yang revolusioner berbasis teknologi terkini atau digital. Perubahan tersebut dipastikan akan mempengaruhi gereja, lembaga-lembaga pendidikan termasuk pendidikan theologia.
“Kita harus mempersiapkan diri sedini mungkin dan diperlukan berbagai strategi agar kita mampu menyesuaikan diri,” ucapnya.
Meski tidak di pungkiri bahwa memang teknologi ini cukup berguna pada masa sekarang. Akan tetapi ada saja pihak yang meyalahgunakan teknologi ini.
Karena itu, Wempi berpesan kepada para pemimpin-pemimpin gereja, ketua-ketua lembaga pendidikan theologia bahkan seluruh warga gereja untuk berpikir kritis dalam menggunakan teknologi tersebut.
“Kita harus bisa menyaring hal-hal apa saja yang bisa kita pergunakan dalam mendukung kehidupan gereja,” tuturnya.
Discussion about this post