DOUALA, cakra.news – Pejabat pemerintah daerah di Kamerun Utara mengakui terjadi perseteruan kembali antara penggembala dan petani di wilayah Far North Kamerun dan telah menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai lebih dari 30 lainnya minggu ini.
“Kami berada dalam konflik antar-komunitas,” kata pejabat regional Kamerun, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Walikota ibukota Chad N’Djamena, Ali Haroun mengatakan ratusan orang yang melarikan diri dari kekerasan antara penggembala Arab Choa dan petani Mousgoum dan Massa telah mengalir melintasi perbatasan ke negara tetangga Chad.
Seorang pemimpin tradisional di Kamerun utara, yang juga meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa kekerasan dimulai karena akses ke air.
“Choa Arab ingin membawa ternak mereka ke tepi sungai. Mousgoum dan Massa mencegah mereka,” kata pemimpin itu.
Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang menanggapi krisis, mengatakan dalam sebuah laporan pada bulan November bahwa berkurangnya curah hujan di daerah itu telah mengeringkan sungai dan kolam musiman yang menjadi sandaran masyarakat, yang menyebabkan bentrokan.
“Masalah ini perlu diselesaikan dengan cepat karena beberapa bulan yang lalu sudah ada korban jiwa. Hari ini, ketika ada masalah antara dua orang dari komunitas yang berbeda, semua komunitas terlibat dengan senjata,” katanya.
Presiden Chad Mahamat Idris Deby mengatakan, lebih dari 30.000 warga Kamerun mencari perlindungan di Chad.
Dia mendesak masyarakat internasional untuk memberikan bantuan segera untuk membantu Chad mengatasi situasi tersebut.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : Reuters
Discussion about this post