TARAKAN, CAKRANEWS – Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Kalimantan Utara(Kaltara), Suryani membocorkan sejumlah persoalan yang seringkali muncul dalam penetapan daftar pemilih di Kalimantan Utara. Dari persoalan-persoalan tersebut, pemilih ganda masih menjadi mayoritas temuan di Kaltara.
“Meskipun tahapannya masih di bulan Oktober tetapi kita berharap dari persoalan daftar pemilih pada pemilu dan pilkada yang lalu bisa dideteksi bersama. Kita berharap semua pihak bisa terlibat baik itu KPU, Bawaslu maupun intansi pemerintah daerah sesuai dengan peran masing-masing,” ucapnya kepada CAKRANEWS di Tarakan, baru-baru ini.
Suryani mengungkap berkaca dari pemilu sebelumnya terdapat beberapa persoalan daftar pemilih yang sering ditemui. Pertama, terkait daftar pemilih ganda. “Jadi kami masih menemukan satu orang memiliki identitas sampai dua atau tiga. Artinya satu orang bisa memilih di dua tps atau lebih. Hal tersebut kami temukan saat melakukan penyisiran,” ujarnya.
Kedua, lanjut Suryani, pihaknya masih menemukan daftar pemilih yang sudah meninggal namun masih terdata di daftar pemilih. “Yang lebih bahaya jika masuk ke daftar pemilih tetap. Seharusnya sudah terhapus dari daftar pemilih makanya kita menggandeng KPU dan Capil dalam kegiatan pengawasan ini. Sebab, proses lahirnya data pemilih ini juga berasal dari mendagri,” ucap Suryani.
Yang ketiga, persoalan lainnya adalah kegiatan verifikasi pencocokan data yang kadang penyelenggaraan masih menemui kesulitan untuk bertemu langsung dengan masyarakat yang mau dilakukan verifikasi pencocokan data. “Kadang mereka tidak di rumah atau sedang beraktivitas di luar. Inikan juga menjadi kendala karena menghambat tahapan.”
Saat disinggung dari persoalan data di atas manakah kasus yang paling banyak ditemukan di Kaltara, Suryani pun menjawab di Kaltara dominan masih pada persoalan pemilih ganda. “Kita masih marak menemukan pemilih memiliki identitas lebih dari satu. Jadi saya pikir pemerintah melalui capil tentu sudah memiliki aplikasi pengawasan yang sudah maju secara digital. Sehingga tidak ditemukan kasus seperti itu lagi. Karena hal ini penting sebab nantinya akan merusak kualitas data pemilih. 1 persen saja dari daftar pemilih itu berasal orang yang sama tentunya hal itu mencoreng kualitas daftar pemilih,” ujar Suryani.
Lebih lanjut menyebut bahwa salah satu fokus bawaslu ke depan ialah mendata daftar pemilih pemula. “Saya kira ini menjadi fokus pengawasan kita bersama. Karena pemilih pemula ini potensial, jadi ketika dia berusia 17 tahun bahkan di hari H pemilu. Mereka harusnya sudah memiliki hak pilih. Jadi kita harus bisa mendeteksi hal ini,” katanya.
Pewarta : Ade Prasetia Cahyadi
Discussion about this post