TARAKAN, cakra-news- Sepanjang tahun 2021, perkembangan populasi Bekantan (Nasalis Larvatus) kian bertambah.
Hingga saat ini, populasi mencapai 40 ekor di seluruh Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan (12/1/2022).
Dijelaskan Rahmawati, selaku petugas KKMB, kelahiran Bekantan sulit ditebak.
Sepanjang tahun 2021 lalu saja, kata Dia, kelahiran bekantan banyak terjadi di akhir tahun.
Sementara di tahun 2022 ini, pada awal bulan ada 2 ekor Bekantan lahir warnanya hitam.
Dilanjutnya, tiga hingga lima bulan ke depan, nantinya akan berubah warna.
“Kalo Bekantan ‘kan tidak bisa diprediksi, karena gini, Mas, hewan ini ‘kan satu kali kelahiran, dalam artian satu betina, satu. Jadi kita hitunglah betinanya berapa, itupun kalau misalnya jadi yah. Karena secara alami aja, kita tidak ikut membantu, dalam artian perkawinan buatan. Jadi setahun paling nambah dua ekor saja, karena masa hamilnya cukup lama 166 hari (lima-enam bulan),” ucapnya.
Bekantan, kata Dia, merupakan satwa dengan populasi terbanyak dari satwa lainnya. Tak ayal, tingginya populasi menyebabkan pengurus mengalami berbagai kendala. Salah satunya adalah menangani Bekantan saat berada dalam kondisi luka dan stress. Hal ini dipicu karena mereka kalah dalam persaingan dengan sekelompok bekantan lain.
“Hambatan kalo dia stres, pemicu kalah, ‘kan ada musim kawin. Terjadi perkelahian untuk memperebutkan sekelompok betina. Udah mulai menyendiri, stres, makan sih makan tapi ‘kan nanti ada lukanya. Itu hambatan kami satu, kita bingung mau mengobatinya bagaimana. Untuk sementara kita pantau aja” ucapnya.
Keberadaan tenaga ahli seperti dokter hewan, kata Dia, sangat dibutuhkan guna menghindari Bekantan stress hingga menyebabkan kematian**
Pewarta : Ade Prasetia Cahyadi
Discussion about this post