MYANMAR, cakra.news – Tentara Myanmar menyandera sekelompok warga sipil, termasuk sedikitnya 80 anak-anak selama dua hari, dalam bentrokan dengan pemberontak.
Tentara baru membebaskan sebagian besar dari mereka pada Senin (28/2/2022.
Insiden itu terjadi di wilayah Sagaing di Myanmar, yang menjadi lokasi pertempuran sengit antara kelompok-kelompok milisi yang menentang kudeta militer.
Serangan udara dan serangan oleh militer pada akhir pekan di Yinmabin, sebuah kotapraja sekitar 120 km (75 mil) barat Mandalay, telah mengusir sebagian besar penduduk desa, tetapi puluhan anak dan beberapa guru terdampar di sebuah biara yang juga sebuah sekolah.
Surat kabar Irrawaddy mengatakan pada hari Minggu bahwa 85 anak dan 10 guru telah disandera, mengutip penduduk di daerah tersebut.
Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), pemerintahan bayangan yang dibentuk oleh penentang kudeta tahun lalu, mengatakan beberapa anak yang ditahan berusia di bawah 12 tahun dan beberapa di bawah lima tahun.
Mereka menuduh tentara melakukan “pelanggaran berat” terhadap hukum internasional.
Seorang anggota Pasukan Pertahanan Rakyat daerah itu mengatakan sebagian besar telah dibebaskan pada Senin pagi ketika pasukan ditarik, tetapi beberapa orang dewasa ditangkap.
“Kami tidak bisa melawan pasukan karena mereka menahan anak-anak,” kata anggota milisi yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Junta telah melabeli NUG dan pasukan pertahanan rakyat sebagai kelompok “teroris”.
Militer di masa lalu dituduh menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia dan mengambil alih sekolah dan biara untuk digunakan sebagai pangkalan.
Phil Robertson, wakil direktur Asia Human Rights Watch, mengatakan peristiwa semacam itu menunjukkan militer beroperasi dengan “kekebalan total”.
Lebih dari 1.500 orang tewas dalam tindakan keras oleh pasukan keamanan Myanmar sejak kudeta Februari lalu menggulingkan pemerintah yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : Reuters
Discussion about this post