Nunukan, Cakra.news – Sebanyak 60 orang peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional angkatan V Puslatbang LAN Makassar mengikuti visitasi virtual ke Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan Selasa (22/3). Peserta pelatihan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia didampingi Widya Iswara dr Grace Dumalang, diterima Sekretaris Daerah Muhammad Ali Saleng.
Meskipun pertemuan secara virtual, Pemerintah Kabupaten Bulukumba menyambut peserta dengan ramah. Sebelum pemaparan profil Kabupaten Bulukumba, dialog ringan antar Sekretaris Daerah, Peserta dan Pendamping berlangsung cair. “Kami mewakili Bapak Bupati menyambut baik visitasi secara virtual ini, apalagi sampai saat ini saya masih merasa bagian dari LAN Makassar,” ungkap Muhammad Ali Saleng sambil mengungkapkan dirinya adalah alumni PIM II LAN Makassar tahun 2015.
Sejumlah potensi Kabupaten yang dipaparkan Sekda. Sektor Pariwisata banyak mendapat perhatian. Meneurutnya, Kabupaten Bulukumba tidak hanya memiliki keunggulan pada pariwisata budaya tetapi juga pariwisata bahari. “Dari Propinsi Sulsel, pariwisata bahari Kabupaten Bulukumba dijadikan sebagai destinasi utama Sulawesi Selatan,” ungkapnya.
Menurut Muhammad Ali Saleng penetapan Kabupaten Bulukumba sebagai destinasi utama wisata bahari karena didukung 12 obyek yang memiliki keunggulan. “Ada dua belas obyek wisata bahari yang sudah dikelola dengan baik satu diantaranya adalah Pantai Bira di Kecamatan Bontobahari yang sudah menjadi ikon wisata bahari secara nasional,” ungkapnya.
Wisata budaya Kabupaten Bulukumba ungkap Muhammad Ali Saleng tidak kalah menarik dibandingkan dengan obyek wisata bahari. Menurut mantan Kadis Pariwisata ini, wisata budaya yang menarik adalah Budaya Kajang yang khas. “Ada kekhasan budaya dari masyarakat Tana Toa Kajang yang memiliki kekhasan yaitu hidup dalam komunitas yang memiliki aturan khusus, menjaga keseimbangan alam, dan sangat patuh kepada pesan pemangku adat,” katanya.
Potensi wisata yang lain dimiliki Bulukumba adalah kerajinan. Muhammad Ali Saleng mengungkap, ada beberapa wisata kerajinan Bulukumba yang menonjol. Dia mencontohkan, pembuatan perahu tradisional phinisi, pembuatan sarung tenun khas Kajang dan pembuatan sarung tenun gambara Bira. “Perahu phinisi merupakan perahu khas yang sudah sangat melegenda karena mampu berlayar sampai ke Vancoufer Kanada, pembuatannya berbeda dengan teknik pembuatan perahu di tempat lain,” paparnya.
Berkat sektor pariwisata ini Kabupaten Bulukumba meskipun sempat jatuh pendapatan perkapita saat covid-19 melanda, namun sektor ini tetap bisa survive. Menurutnya pendapatan asli daerah dari sektor pariwiwisata justru melampau target tahun 2019 mencapai 301507 kunjungan wisatawan. “Padahal tahun 2019 hanya 280580 orang tahun 2019 dan obyek-obyek wisata ini sempat ditutup selama empat bulan tahun 2020 karena pandemi covid, menghasilkan PAD sekitar 10 milyar rupiah,” jelasnya.
Mendengarkan pemaparan yang sangat menginspirasi itu, sejumlah peserta memberikan apresiasinya sekaligus meminta Sekda menyampaikan triknya menjual potensi wisata itu. Seperti disampaikan peserta dari Maluku Utara Fenny Kiat yang juga Kepala Dinas Pariiwisata meminta trik mempublikasikan obyek wisata dan resep soal pengembangan pariwisata yang tidak benturan dengan adat. Sedangkan Muhammad Arsyad dari Kabupaten Kepulauan Selayar justru berharap dapat menjadikan Bulukumba dan Selayar menjadi sister city yang dapat memberikan manfaat bagi kedua Kabupaten yang bertetangga karena memiliki banyak kesamaan potensi.
Mendapat banyak pujian dari peserta, Muhammad Ali Saleng mengucapkan terima kasih. Menurutnya keberhasilan mengelola potensi obyek wisata Kabupaten Bulukumba karena adanya sinergitas tiga pihak yaitu pemerintah, pihak swasta dan masyarakat. Sedangkan publikasi obyek wisata tidak dilakukan secara massif mengingat keterbatasan anggaran.
“Publikasi kami lakukan dengan melibatkan pengunjung yaitu mensyaratkan untuk memposting di media sosial baik foto dan komentar seperti facebook terkait keindahan obyek wisata yang dikunjungi,” ujarnya.
Terkait permintaan untuk mengembangkan kerjasama dan membentuk kota kembar Bulukumba dan Selayar menurutnya dapat ditindak lanjuti. “Sebelumnya kita sudah kerja sama untuk bidang pariwisata,” ungkapnya.
Soal apresiasi masyarakat terhadap pengembangan wisata ini, Muhammad Ali Saleng menjelaskan pengelolaan pariwisata di Bulukumba tetap mengedepankan adat yang berlaku di masyarakat. Nilai-nilai adat dan budaya atau local genius yang sudah berkembang di masyarakat tetap harus dijaga dengan baik.
“Seperti di Kawasan Adat tana toa Kajang, siapapun yang mau masuk di kawasan itu harus mengikuti aturan adat yang berlaku, seperti tidak pakai alas kaki dan harus berpakaian serba hitam,” ungkapnya.
Diskusi berlangsung cair, antara nara sumber dan peserta saling memberi masukan. Tiga sesi yang dibuka seolah tidak cukup bagi peserta untuk terus menggali informasi tentang Kabupaten Bulukumba. Namun moderator dr Grace Dumalang mengingatkan, visitasi virtual ini baru permulaan. “Sabar yah, ini baru permulaan sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran awal tentang Kabupaten Bulukumba, nanti saat visitasi offline bisa berdiskusi panjang,” katanya . “Sampai jumpa secara offline di Kabupaten Bulukumba dengan segala pesonanya,” tutup Grace Dumalang. (*)
Discussion about this post