TARAKAN, CAKRANEWS – Jauh sebelum dikenal seperti sekarang, ternyata ada sisi lain dari kehidupan Prof Adri Patton yang jarang diketahui, yaitu masa kecilnya yang tergolong ‘susah’.
Pria kelahiran Tanjung Selor, 15 Agustus 1963 silam tersebut diketahui hidup dari keluarga yang sederhana. Ayahnya Abdusyukur, merupakan seorang guru di perbatasan Long Nawang, salah satu desa di kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Malinau, yang kemudian pindah mengajar ke Tanjung Selor. Sementara ibunya, Emma Flora, seorang ibu rumah tangga yang ikhlas mendampingi suami dalam mencari nafkah.
Tumbuh di wilayah perbatasan dengan kondisi yang serba kekurangan tidak membuatnya berhenti bermimpi untuk menjadi sukses, membanggakan keluarga dan daerahnya.
Demi melanjutkan pendidikan kesembilan anaknya, orang tuanya pun terpaksa menyambi kerja sebagai petani dengan menaman padi, singkong, dan lain sebagainya.
“Kami ini kan dulunya orang miskin. Jadi kami usaha menambah penghasilan dengan bertani,” kata Prof Adri Patton, Kamis 25 Juli 2024.
Sejak kecil, ia bersama saudaranya memang dididik untuk bekerja keras, mandiri dan disiplin.
Satu pesan dari orang tua yang tidak pernah dilupakannya adalah teruslah berbuat baik meskipun orang lain bersikap jahat kepadamu.
“Itu pesan orang tua saya yang selalu saya ingat,”tegasnya.
Tak banyak yang tahu, anak kelima dari 9 bersaudara ini pernah menghabiskan masa kecilnya menjadi ball boy atau pemungut bola di lapangan tenis. Saat itu, ia dibayar sebesar Rp 750, nominal yang cukup besar di tahun 1975.
Pekerjaan itu terpaksa dilakukannya demi menambah uang jajan dan membantu orang tua membiayai sekolahnya.
Pahitnya kehidupan sudah dilalui pria penyuka tenis dan bernyanyi tersebut. Kini, ia telah sukses dan bermanfaat bagi daerahnya.
Namanya kian dikenal, setelah meraih gelar guru besar atau professor pada tahun 2006. Kala itu, ia menjadi putra daerah asli Kaltara pertama yang meraih gelar guru besar, meski pada saat itu Kaltara masih masuk dalam wilayah Kaltim.
Atas prestasi dan dedikasinya, Prof Adri Patton beberapa kali dipercaya menduduki jabatan strategis tidak hanya di Kampus, melainkan juga di pemerintahan dan organisasi keagamaan.
Pada tahun 2009 hingga 2012, ia dipercaya sebagai Kepala Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah tertinggal (BPKP2DT) Provinsi Kaltim. Kemudian di tahun 2012 hingga 5 September 2015 menjabat selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Malinau.
Ia juga pernah dipercaya menjadi Ketua TGUPP Provinsi Kalimantan Utara pada tahun 2021.
“Saya juga pernah menjadi Dewan Pakar pada Dewan Ketahanan Nasional (WANTANAS), Ketua Konsorsium PTN – Kawasan Timur Indonesia (2021-2023) dan Ketua Bidang Proyek Kemanusian MRPTNI di tahun 2023,” kata Prof Adri Patton.
Prof Adri Patton juga pernah memimpin organisasi keagamaan yakni sebagai Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama tahun 2016 lalu.
Menurutnya, sukses bukan suatu hal yang bisa didapatkan dengan instan. Sukses memerlukan perjuangan, pengorbanan, doa dan air mata.
Kesuksesan yang sekarang diraihnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kegagalan demi kegagalan pun pernah dialaminya, sebelum pada akhirnya dia merasakan kesuksesan seperti saat ini.
Discussion about this post