TARAKAN, CAKRANEWS – Kota Tarakan mengalami kenaikan angka kemiskinan, dari 17,33 menjadi 17,57 ribu jiwa di tahun 2021. Kondisi ini tentu menjadi pekerjaan rumah bagi Wali Kota Tarakan, dokter Khairul.
Menyikapi persoalan ini, ada beberapa saran yang disampaikan dosen Fakultas Ekonomi Universitas Borneo Tarakan (UBT), Dr Margiyono untuk orang nomor satu di Kota Tarakan tersebut. Menurutnya, selain gejolak pandemi Covid-19, kemiskinan juga disebabkan karena tingginya biaya hidup di Kota Tarakan khususnya biaya pangan.
“Saya lihat, proporsi pendapatan masyarakat habis sebesar 48 persen hanya untuk membeli makanan,” ucap Margiyono saat dihubungi CAKRANEWS di Tarakan, Kamis (7/4/2022).
Pengamat ekonomi ini juga menyebutkan bahwa salah satu cara mutlak mengatasi kemiskinan adalah menurunkan tingkat harga pangan. Dengan turunnya harga, maka meringankan pengeluaran masyarakat. Sehingga masyarakat dapat mengalihkan pendapatannya untuk keperluan lain.
Selain itu, kata Margiyono, pekerja di Kota Tarakan pada sektor informal meningkat. Mereka, lanjutnya,lebih memiliki kerentanan karena tidak ada ikatan, jaminan hari tua, dan lain sebagainya.
Untuk itu, pemerintah perlu memberi perhatian lebih kepada pekerja sektor informal. “Pekerja informal lebih memiliki kerentanan dalam kehidupan ekonomi karena tidak ada ikatan,” kata dia.
Pewarta: Ade Prasetia Cahyadi
Discussion about this post