SYDNEY/CANBERRA, cakra.news – Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan bahwa Australia akan mengerahkan lebih dari 100 personel polisi dan militer untuk membantu Kepulauan Solomon, Kamis (25/11/2021).
Pengerahan ini dilakukan pihak pemerintah Australia karena para pengunjuk rasa di negara Kepulauan Pasifik itu menentang jam malam yang diberlakukan.
Morrison juga mengatakan Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare telah meminta bantuan Australia, yang dengan cepat disetujui oleh Komite Keamanan Nasional Canberra.
Australia, kata Morrison akan segera mengirim 23 petugas polisi untuk membantu pengendalian kerusuhan, dengan tambahan 50 personel untuk menegakkan keamanan di infrastruktur penting.
Morrison mengatakan 43 tentara militer lainnya akan dikirim untuk membantu petugas polisi Australia.
“Tujuan kami di sini adalah untuk memberikan stabilitas dan keamanan untuk memungkinkan proses konstitusional yang normal, di Kepulauan Solomon, untuk dapat menangani berbagai masalah yang muncul,” kata Morrison kepada wartawan di Canberra.
Ini bukan berarti, lanjutnya ada niat pemerintah Australia dengan cara apa pun untuk campur tangan dalam urusan internal Kepulauan Solomon, yang harus mereka selesaikan.
Pengerahan personel Australia dilakukan di tengah laporan dan gambar yang dibagikan di media sosial yang menunjukkan kerumunan pengunjuk rasa dan gedung-gedung yang terbakar di distrik Chinatown, Honiara.
Sejumlah media setempat melaporkan, banyak pengunjuk rasa melakukan perjalanan dari provinsi terpadat Malaita ke ibukota karena khawatir diabaikan oleh pemerintah nasional.
Kabar terakhir, provinsi tersebut menentang keputusan 2019 untuk mengakhiri hubungan diplomatik dengan Taiwan dan menjalin hubungan formal dengan China, yang menghasilkan referendum kemerdekaan tahun lalu yang oleh pemerintah pusat dianggap tidak sah.
Kepulauan Solomon, tempat pertempuran paling sengit dalam Perang Dunia Kedua, mengalami kerusuhan besar pada tahun 2006 setelah pemilihan umum yang disengketakan, dengan banyak bisnis milik orang Cina di Honiara dibakar dan dijarah.
Sogavare pada hari Rabu mengumumkan penguncian 36 jam di Honiara setelah kerusuhan terjadi. Penguncian akan berlangsung hingga pukul 7 pagi pada hari Jumat.
“Akan memungkinkan lembaga penegak hukum kami untuk menyelidiki sepenuhnya para pelaku peristiwa hari ini dan untuk mencegah perusakan tanpa hukum lebih lanjut,” kata Sogavare.
Kepolisian Kepulauan Solomon (RSIPF) mendesak orang-orang yang bersekolah dan bisnis di sekitar Honiara untuk tinggal di rumah agar tidak terpengaruh oleh kerusuhan.
“Kami ingin memastikan bahwa jalan, sekolah, dan bisnis kami akan segera dibuka kembali setelah penguncian,” kata wakil komisaris RSIPF Juanita Matanga.**
Pewarta : Andi Surya
Sumber : Reuters
Discussion about this post