KALTARA, CAKRANEWS – Hasil survei nasional oleh Indikator Politik Indonesia menunjukkan, sebanyak 20,3 persen masyarakat tidak puas dengan kinerja Presiden Joko Widodo.
Ada tiga alasan terbesar yang melandasi ketidakpuasan itu, yakni bantuan yang tak merata, harga kebutuhan pokok meningkat dan banyaknya pengangguran.
Survei bertema ‘Korelasi antara Approval Rating Presiden dan Dukungan atas Capres dan Partai Politik Jelang 2024’ ini dipaparkan peneliti utama Indikator, Burhanuddin Muhtadi secara virtual, pada Minggu 30 April 2023 lalu.
Burhanuddin mengatakan, dalam survei yang dilakukan pada 11-17 April 2023, sebanyak 15,8 persen menyatakan sangat puas, dan 62,7 persen menyatakan cukup puas.
Akan tetapi, masih ada yang menyatakan kurang puas, bahkan menyatakan tidak puas sama sekali terhadap kinerja Presiden Jokowi. Yang menyatakan kurang puas sebanyak 19,2 persen, dan tidak puas sama sekali 1,1 persen. Sisanya, sebanyak 1,3 persen tidak menjawab atau tidak tahu.
Menurut Burhanuddin, ada dua alasan terbanyak masyarakat yang menyatakan puas terhadap kinerja Presiden Jokowi, yaitu memberi bantuan kepada rakyat kecil sebesar 40,7 persen, dan membangun infrastruktur jalan sebesar 21,8 persen.
“78,5 persen itu ada dua yang dianggap memuaskan, satu adalah memberikan bantuan kepada rakyat kecil, yang kedua adalah membangun infrastruktur jalan. Mungkin buat sebagian kalangan kelas menengah, Presiden Jokowi yang kerap tampil seperti sinterklas gitu ya bagi-bagi bantuan di jalan atau waktu kunjungan,” kata dia.
Hanya saja, bantuan kepada rakyat kecil seperti pisau bermata dua. Bagi yang menerima bantuan, menyatakan kinerja Presiden Jokowi memuaskan. Akan tetapi, bagi yang tidak menerima bantuan menyatakan tidak puas dengan kinerja Jokowi.
Dari 20,3 persen yang menyatakan tidak puas dengan kinerja Jokowi, paling banyak menyatakan bantuan tidak merata sebesar 29,5 persen, harga-harga kebutuhan pokok meningkat 24,9 persen, dan lapangan kerja atau pengangguran 10,6 persen.
“Kemudian masalah inflasi itu juga seperti pisau bermata dua. Bagi sebagian orang yang mampu atau terjangkau harganya, mereka tidak keberatan bahkan menganggap pengendalian inflasi bagus. Tapi bagi 20 persen masyarakat yang tidak puas ada sebagian yang merasa harga-harga kebutuhan pokok tetap meningkat,” ujarnya.
Survei ini menggunakan metode multistage random sampling dengan melibatkan 1.220 responden. Tingkat kepercayaan survei ini sebesar 95 persen dengan margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Discussion about this post